Page 11 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 11
39
Kondisi ini semakin berkembang dipicu oleh kurikulum pendidikan
Indonesia selama ini yang lebih banyak menggali kemampuan intelijensia
melalui pengayaan pengetahuan dan ketrampilan daripada membangun
penghargaan terhadap nilai-nilai budaya dan tradisi bangsa akan
melahirkan sikap intoleran karena tidak punya sensitivitas dalam
bersikap. Perilaku masyarakat yang intoleran ini, terlihat nyata dalam
dunia olahraga yang sebenarnya merupakan ajang unjuk sportivitas dan
prestasi, karena perbedaan tim yang didukung menimbulkan sikap
anarkhis terhadap “lawannya”, bahkan berkembang menjadi dendam
kesumat hingga terjadi saling bunuh.
Sikap intoleran yang masih hangat dirasakan pada kegiatan
pemilihan presiden dan wakil presiden 2014 yang lalu, terutama perilaku
pada saat kampanye. Sikap-sikap intoleran dalam kampanye terlihat
nyata ketika masing-masing tim sukses baik dari calon nomor 1 maupun
nomor 2 mengangkat aib lawannya dalam bentuk kampanye hitam untuk
menarik simpati masyarakat atau pemilihnya tanpa menaruh rasa hormat
terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden lainnya.
e. Masih adanya Tindakan Anarkhis dalam menuntut Pengakuan
atas Eksistensi diri dan Komunitasnya.
Dalam banyak peristiwa konflik di Indonesia, sering disebabkan
lemahnya cara memperjuangkan eksistensi diri, kelompok maupun
komunitasnya. Masih tinggginya potensi konflik sosial menggambarkan
seolah-olah konflik merupakan jalan keluar apabila terjadi perbedaan visi,
pendapat atau kelompok. Berdasarkan analisa dan evaluasi Polri,
selama tahun 2013 di Indonesia terdapat 2.783 titik potensi konflik yang
memerlukan perhatian secara sungguh-sungguh.35 Aspek-aspek yang
menjadi penyebab konflik meliputi Ipoleksosbud Hankam, SARA, Batas
wilayah dan sumber daya alam.
35Bahan Paparan Asisten Operasi Kapolri dalam Rapim Polri di Jakarta Bulan Januari 2014

