Page 15 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 15

29

        Berdasarkan contoh kasus tersebut, peran tokoh pemimpin informal
 dalam mengatasi konflik sosial yang diduga dipicu oleh keyakinan tertentu
 akan dapat mengakibatkan sistem yudisial sulit untuk menyelesaikan akar
 masalah. Para tokoh pemimpin informal harus dilibatkan bersama
 Pemerintah yang memiliki peranan sentral dalam memfasilitasi
pembangunan demokrasi dan sekaligus menyelesaikan berbagai konflik
horizontal dalam masyarakat majemuk. Mereka bukan saja tokoh agama,
tetapi juga budayawan dan bahkan para ilmuwan yang memiliki pengaruh
kuat di masyarakat. Inilah sebuah konsekuensi dari masyarakat yang masih
bersifat paternalistik, sehingga bergantung pada sikap dan tindakan dari
tokoh atau figur tertentu.

       Sementara dalam beberapa kasus, sejumlah ‘oknum’ tokoh pemimpin
informal dalam hal ini tokoh agama justru menjadi pemicu konflik sosial.
Beberapa kasus kerusuhan yang berlatar belakang agama di Indonesia
dipicu hal tersebut di atas. Contohnya seperti kasus Ahmadiyah Cikeusik
berawal dari keresahan masyarakat terhadap Imam Jayadi, pengikut
Ahmadiyah yang menjadi imam kedua masjid Jami’ Nurul Dhulami.
Sebelum kerusuhan terjadi, Kepala Desa dan Kapolsek setempat serta KH
Amir (tokoh agama setempat) membujuk Suparman untuk meninggalkan
desanya. Suparman yang merupakan tokoh warga Ahmadiyah beserta
kawan-kawannya tidak mau meninggalkan desanya dan oleh warga desa
sikap ini dianggap sebagai sikap yang menantang dan akhirnya memicu
timbulnya kerusuhan. Sementara itu kasus Syiah di Sampang juga
menunjukkan gejala serupa. Kasus ini berawal dari Tajul Muluk yang
merupakan tokoh Syi’ah dianggap telah menyebarkan ajaran yang
menyimpang dari ajaran Islam. Karena Tajul Muluk dan pengikutnya tidak
mau meninggalkan ajaran agama yang dianutnya, maka terjadilah
kerusuhan yangmengakibatkan beberapa rumah dibakar dan 2 orang
penganut Syiah tewas.

       Sementara itu di Nusa Tenggara Barat konflik terjadi bertepatan
dengan momentum Idul Fitri tahun 2011, yakni bentrok warga Sekotong
dengan aparat di Mapolres Lombok Barat yang menewaskan seorang
warga. Konflik di NTB ini juga terjadi akibat kurangnya figur untuk
   10   11   12   13   14   15   16   17   18