Page 8 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 8
24
Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis batas antara dua atau
lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat
kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur
kedalam dunia siosial lainnya. Ketika ada ancaman dari luar, maka
kelompok tidak mungkin memberikan toleransi pada perselisihan
internal 12
d. Teori transformasi konflik, teori ini berasumsi bahwa konflik
d ia kiba tkan oleh m asalah-m asalah ketidaksetaraan dan
ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan
ekonomi. Sasaran yang ingin dicapai oleh teori ini adalah:
1) Mengubah berbagai struktur dan kerangka kerja yang
menyebabkan ketidak setaraan dan ketidak adilan termasuk
kesenjangan ekonomi.
2) M eningkatkan ja lin a n hubungan dan sikap jangka
panjang diantara pihak-pihak yang mengalami konflik.
3) Mengembangkan berbagai proses dan sistem untuk
mem prom osikan pemberdayaan, keadilan, perdamaian,
rekonsialisasi dan pengampunan.
e. Teori kekerasan kolektif adalah kekerasan yang dilakukan
oleh sekumpulan orang yang dilakukan bersama-sama. Menurut Le
Bon, kekerasan ko le ktif berkaitan dengan irra sio n a lita s,
emosionalitas dan peniruan individu yang lepas dari pembatasan
sosial suatu organisasi sosial. Individu-individu yang berada dalam
suatu kelompok (crowd) dianggap saling meniru, sehingga saling
memperkuat dan memperbesar emosionalitas dan irrasionalitas
sesamanya. Teori baru tentang kekerasan kolektif ini menunjukkan
bahwa pada dasarnya kekerasan kolektif muncul dari situasi konkrit
yang sebelumnya didahului oleh sharing gagasan, nilai, tujuan dan
12 Drs. Alberto Simanjuntak, SH. Taskap PPRA XLIII, 2009, Jakarta, Lemhannas Rl.

