Page 5 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 5

35

  kontra terhadap manuver politik GAM/KPA/PA menilai bahwa
  pengesahan kedua produk qanun tersebut sangat kontroversi
  yang masih memperlihatkan semangat separatisme pola baru
  tersebut tidak mencerminkan kearifan lokal, tidak mewadahi
  adat dan budaya masyarakat Aceh lainnya khususnya ALA
  dan masyarakat ABAS (mendegradasi etnis minoritas di
  Aceh), justru qanun tersebut identik sebagai milik suatu etnis
  yang ingin menjadikan Aceh sebuah negara berdaulat
 dibawah kepemimpinan Wali Nanggroe, apalagi bendera
 yang disahkan merupakan Bendera GAM. Kekhawatiran
 masyarakat yang kontra semakin menjadi apabila Pemerintah
 dalam hal ini Kemendagri mengesahkan kedua qanun
 kontroversi tersebut maka menjadi peluang bagi
 GAM/KPA/PA untuk selanjutnya menggodok lagu perjuangan
 GAM sebagai Qanun Hymne Aceh.

           Program Kewaspadaan Nasional di Aceh berupa
 pencegahan dan penanggulangan gerakan separatisme
 secara signifikan telah menguras sumber daya nasional.
 Berbagai langkah kebijakan telah diterapkan terhadap wilayah
 tersebut. Otonomi khusus di Provinsi NAD merupakan salah
satu kebijakan dari sejumlah kebijakan yang telah dan sedang
dilaksanakan di wilayah tersebut. Namun sampai saat ini,
meskipun telah, dicapai kesepakatan-kesepakatan belum
menunjukkan tanda-tanda terbangunnya kedamaian yang
hakiki.

          Persoalan isu HAM yang sering diangkat oleh
GAM/KPA/PA telah menjadikan penyelesaian separatisme di
NAD semakin kompleks. Penerapan otonomi khusus tidak
serta-merta menyurutkan kehendak GAM/KPA/PA untuk
kembali ke pangkuan NKRI. Hal ini karena kelompok
GAM/KPA/PA merasa lebih punya nilai tawar untuk meminta
konsesi yang lebih besar karena merasa mendapat dukungan
dari dunia internasional. Akibatnya, sering menuntut
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10