Page 4 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 4
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan social.
10. Tinjauan Pustaka
Dibawah ini akan ditinjau beberapa studi yang sudah dilakukan para pakar yang
beikaitan dengan isu-isu utama dari makalah ini, yaitu kepemimpinan visioner, serta
budaya dan etos kerja.
(a). Studi tentang Kepemimpinan
Studi-studi tentang kepemimpinan secara universal telah dilakukan para pakar di
bidang ini sejak lama (sekitar tahun 1980). Studi yang panjang tersebut telah
menghasilkan berbagai pandangan, pendekatan, atau teori tentang pemimpin (leader)
dam kepemimpinan {leadership) seperti teori-teori dari House dan Lord (dalam Boal &
Hooijberg, 2001) tentang kepemimpinan yang kharismatik.
Di Indonesia, studi-studi tentang kepemimpinan juga banyak dilakukan oleh
pakar-pakar bangsa Indonesia. Mengingat karakteristik suatu organisasi sangat
ditentukan oleh faktor sosial-budaya dari lingkungan dimana organisasi itu berada, maka
studi tentang karakteristik kepemimpinan di Indonesia merupakan suatu keharusan, agar
peran kepemimpinan dapat dijalankan secara optimal. T.B. Silalahi (2012), dan beberapa
pakar lainnya telah melakukan studi untuk dapat memahami karakteristik kepemimpinan
Indonesia, antara lain tentang kepemimpinan visioner.
Enam puluh tujuh tahun Indonesia telah merdeka, dalam kurun waktu itu bangsa
Indonesia telah memiliki lima pemimpin bangsa yang besar yang berperan sebagai
Presiden Rep. Indonesia: Sukarno, Suharto, Habibi, Megawati, Abdul Rahman Wahid,
dan Susilo B. Yudoyono. Sejarah menunjukkan masing-masing pemimpin tersebut diatas
telah menorehkan karya-karya besamya dalam mengisi kemerdekaan R.I berupa
pembangunan nasional bangsa Indonesia. Masih berdirinya NKRI dengan megah dan
tegar dalam tataran dunia intemasional seperti sekarang ini tidak lepas dari ukiran-ukiran
pembangunan bangsa yang dipimpin oleh keenam Presiden RI tersebut diatas: “sejarah
suatu bangsa adalah sejarah pemimpinya” (T.B. Silalahi, 2012). Oleh karena itu,
berbicara mengenai kepemipinan di Indonesia, menurut TB Silalahi (2012), tidak dapat
36

