Page 5 - Perpustakaan Lemhannas RI

69

menyeluruh dilaksanakan yang tidak saja mendeteksi potensi ancaman
dan gangguan disintegrasi bangsa, tetapi lebih dari pada itu perlu
diarahkan secara dini untuk menanamkan kebersamaan, membibit
kepedulian dan rasa tanggung jawab atas keberlangsungan dan
keutuhan bangsa dengan cara memahami seluruh nilai nilai Pancasila,
menggunakan rasionalitasnya, menghayati dengan nurani/hati yang
bersih serta mengamalkannya dalam keseharian bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Seluruh aparatur intelijen negara perlu melihat dan memahami
bahwa anak-anak sekolah mulai SD sampai dengan SMA saat ini jelas
tidak merupakan ancaman langsung terhadap disintegrasi bangsa,
namun anak-anak yang hanya memandang Bendera Negara Sang
Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila,
dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya sebagai suatu simbol yang
berkibar tanpa makna, terdengar tanpa bangga, terpampang di setiap
dinding sekolah sebagai asesoris ruangan, maka sudah dapat
dipastikan suatu saat mereka dapat mengambil perannya dalam
disintegrasi bangsa. Seluruh simbol dan lambang negara tidak pernah
akan cukup hanya dihormati dan dibanggakan, karena penghormatan
yang diberikan cenderung hanya suatu prosesi dari suatu kegiatan-
kegiatan formal kenegaraan, sedangkan dalam kesehariannya diingkari
dan dihianati dengan pemikiran dan perilaku yang memaksakan
kehendak pada orang lain, menonjolkan kekuatan massa, penindasan,
saling menyakiti, menyelesaikan suatu perselisihan dengan bentrok
fisik dan sebagainya

Bangsa Indonesia perlu dibiasakan untuk berkonflik dengan cara-
cara yang berpedoman pada Pancasila, dan mediasi sebagai
konkretisasi nilai-nilai musyawarah untuk mufakat berdasarkan asas
kekeluargaan, adalah metode yang seharusnya digalangkan dan
ditanamkan oleh aparatur intelijen negara. Penyelenggaraan intelijen
negara yang dilakukan oleh Badan Intelijen Negara, Intelijen Tentara
Nasional Indonesia, Intelijen Kepolisian Negara Republik Indonesia,