Page 10 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 10
24
jarang diucapkan, dikutip, dan dibahas baik dalam konteks kehidupan
ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti
tersandar di sebuah lorong sunyi justru di tengah denyut kehidupan bangsa
Indonesia yang semakin hiruk-pikuk dengan demokrasi dan kebebasan
berpolitik", Ibu Megawati juga menyampaikan bahwa “...... dalam kurun 13
tahun reformasi, menunjukkan kealpaan kita semua terhadap dokumen
penting sebagai rujukan Pancasila dalam proses ketatanegaraan kita”.
Ekspresi dan kegundahan kedua tokoh nasional tersebut, tentu
merupakan bentuk kegelisahan yang harus dijadikan tolok ukur
memudarnya pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai luhur Pancasila.
Hingga saat ini, Pancasila masih tampak kokoh berdiri mempersatukan
berbagai komponen bangsa, suku bangsa, golongan dan etnik di bawah
NKRI. Namun, bangsa ini harus berani jujur untuk mengakui bahwa
Pancasila sebagai dasar negara mulai kehilangan roh dan jiwa anak
bangsanya.
Meskipun sempat dikubur, digali dan dikubur lagi, Pancasila tetap
menjadi inspirasi yang menghendaki kebaruan. Pancasila bukanlah teks
kenangan melainkan alat perjuangan yang perlu terus dihidupi guna
mencapai tujuan Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari dalam
ekonomi, bermartabat secara budaya, berkeadilan sosial, dan
berkelanjutan dalam pengelolaan lingkungan. Menggapai tujuan itu
merupakan tugas berat sebab kita harus memperjuangkan Indonesia yang
berdaulat secara politik ketika para politisinya didominasi oleh para
‘pencuri’ (kleptomania) yang hidup dari ‘merampok’ negara. Tugas berat
pula untuk berdikari dalam ekonomi ketika sumber daya alam Indonesia
digadaikan penguasa kepada asing melalui kontrak dan beragam izin
pemanfaatan sumber daya alam. Bagaimana pula kita menciptakan
Indonesia yang bermartabat secara budaya ketika jutaan warganya yang
bekerja sebagai buruh di luar negeri masih banyak diperlakukan tidak
manusiawi. Bagaimana pula menciptakan keadilan sosial tatkala hukum
memberikan keistimewaan kepada orang berpunya dan pada saat yang
sama berlaku tajam kepada rakyat yang mengambil kakao dan pisang
untuk mempertahankan hidupnya. Begitu pula dengan lingkungan yang