Page 11 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 11

25

  dirusak oleh bulldozer dan tercemar akibat operasi perusahaan tambang
  dan kehutanan.

           Misi besar reformasi untuk menghadirkan pemerintahan yang bersih,
  bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme masih jauh dari harapan. Proses
  konsolidasi demokrasi terhambat oleh proses “demokrasi" (perluasan dan
 pendalaman) korupsi. Praktik korupsi melanda seluruh lembaga dan
 instansi kenegaraan, serta merembes ke segala lapisan dari pusat hingga
 daerah. Sehingga dengan laju korupsi, wajah negeri seperti dari warta
 media menampakkan buruk rupa : kemiskinan keteladanan, kehilangan
 keadilan dan perlindungan hukum, kesenjangan sosial, keretakan jalinan
 sosial, perluasan tindak kekerasan, kejahatan dan premanisme, gurita
narkoba, kerusuhan di wilayah tambang dan perkebunan, kecelakaan
transportasi dan kerawanan sarana publik.

          Pancasila yang bertujuan sebagai dasar fundamental
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara justru telah
mengalami proses distorsi dan manipulasi politik oleh rezim yang berkuasa
di masa lalu dan kemudian berimplikasi “terlupakan” di era sekarang.
Pancasila seakan terlupakan dengan etnosentrisme dan perasaan
fanatisme yang cenderung ekstrim telah menjadi identitas baru dalam
menunjukkan “aku” dan “dia” bukan “kita” dan “kami bersama” yang
berujung pada aksi “pembenaran” tindakan pribadi.

         Pancasila tidak dapat diserahkan kepada pemerintah dan politisi
yang menopang rezim saat ini. Badan Pusat Statisik (BPS) melakukan
survei tentang pandangan masyarakat terhadap Pancasila. Survei
dilakukan pada 27- 29 Mei 2011, dengan jumlah responden 12.056 orang
di 181 kabupaten/kota mencakup 33 provinsi dengan metode wawancara
langsung dengan responden yang meliputi pelajar, mahasiswa, nelayan,
petani, ibu rumah tangga, guru, dosen, TNI/Polri, pengusaha, professional,
anggota DPRD dan lain sebagainya. Hasil survei tersebut menunjukkan,
sebanyak 79,26% menyatakan Pancasila penting dipertahankan dan
sebanyak 89% responden menyatakan bahwa berbagai permasalahan
bangsa seperti konflik antar umat beragama, konflik antar etnis dan
golongan serta tawuran terjadi, karena kurangnya pemahaman nilai-nilai
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16