Page 11 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 11
23
akan selalu muncul tidak pernah hilang oleh karena itu konflik jangan
dihindari apalagi dihadapi dengan kekerasan.26
Dengan pendapat tersebut diatas yang menyatakan bahwa konflik
tidak akan ada habisnya dan tidak dapat dihadapi dengan kekerasan,
maka dalam pembahasan Taskap penulis menitik beratkan pada
optimalisasi kewaspadaan nasional terhadap anarkisme dan
radikalisme melalui deteksi dini dan lapor dini.
b. Mark Juergensm eyer (2002)
Dalam bukunya Teror atas nama Tuhan, Kebangkitan Global
Kekerasan Agama, mengatakan bahwa “Apa yang menjadi kekerasan
agama begitu kejam dan tidak mengenal perasaan adalah bahwa para
pelaku kejahatan menempatkan gambaran-gambaran keagamaan dari
perjuangan ilahiah-perang kosmis-dalam mengabdikan diri pada
pertempuran-pertempuran politis yang bersifat duniawi. Dengan
argumen ini, aksi-aksi terror agama tidak hanya dijadikan sebagai
taktik-taktik dalam strategi politik, tetapi juga sebagai penggerak dari
sebuah konfrontasi spiritual yang lebih besar.” Cara-cara kekerasan
seperti ini dikatakan Mark sebagai cara yang aneh. Mark lebih
menyoroti tindak kekerasan itu dari pendekatan cara pengapresiasian
yang kurang ‘pas’ para penganut agama, namun dalam berbagai
kasus kekerasan atau radika lisme dan anarkisme, tidak selalu
datangnya dari motivasi keagamaan. Demikian juga saran Mark yang
tidak secara spesifik dapat menjelaskan cara-cara efektik yang dapat
digunakan untuk melakukan pengapresiasian baru terhadap agama
itu. Oleh karena itu, dalam tulisan atau taskap ini, menitik beratkan
pada optimalisasi kewaspadaan nasional terhadap kekerasan atau
radikalisme dan anarkhisme melalui pendekatan kepada tokoh
masyarakat dan tokoh agama guna mempermudah deteksi dini.
26
Masmiat Andi. (2007), Konflik Sara Integrasi Nasional Terancam!, Jakarta, Pensil -324,
Halaman 8