Page 7 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 7
1.194 varietas kacang tanah, 1.024 varietas kacang hijau, dan 148
varietas kacang-kacangan potensial. Hal ini diperparah oleh dominasi
beras dan gandum yang menghilangkan keragaman pangan, sekaligus
mematikan potensi pangan non-beras seperti jagung, umbi-umbian,
pisang, dan sagu. Komoditas-komoditas ini makin kehilangan nilai
ekonomisnya. Akibatnya, petani malas membudidayakannya.
Selain itu, meski memiliki kekayaan alam yang berlimpah,
ketahanan pangan Indonesia masih rentan. Indonesia ternyata
merupakan importir beras terbesar di dunia. Jumlahnya mencapai dua
juta ton per tahun. Dengan angka impor sebesar 1,2 juta ton per tahun
Indonesia juga mencatatkan diri sebagai importir kedelai terbesar.
Selain beras dan kedelai, Indonesia tiap tahunnya masih
mengandalkan pasokan jagung (1,5 juta ton), gandum (4,5 juta ton),
kacang tanah (0,8 juta ton), dan kacang hijau (0,3 juta ton). Produksi
gula pasir dunia sebagian besar masuk ke Indonesia (1,6 juta ton). Di
samping itu, ternak hidup yang dipasok negara lain ke dalam negeri
angkanya setara 82 ribu ton, daging sebanyak 39 ribu ton, susu dan
produk susu sekitar 99 ribu ton per tahun24.
Selanjutnya, belum efektifnya pengelolaan sumberdaya hayati
akan berimplikasi pada semakin sulitnya mewujudkan ketahanan
pangan nasional, yang diindikasikan oleh:
1) . Hilangnya pangan lokal akan sangat berpengaruh terhadap
ketersediaan pangan, terutama di daerah yang terpencil. Hal ini
akan mengakibatkan terjadinya kekurangan atau bahkan rawan
pangan.
2) . Hilangnya pangan lokal juga akan berakibat pada
berkurangnya ketersediaan pangan. Hal ini akan menghambat
akses pangan masyarakat pedesaan, sehingga keanekaragaman
24 Mengutip pemyataan Dr. Siswono Yudo Husodo dari Himpunan Kerukunan Tani
Indonesia (HKTI) dalam makalahnya yang dibahas dalam Seminar Nasional Han
Pangan Sedunia XXIV, di Jakarta.
36