Page 4 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 4

32

 dan janganlah kalian mentaati saya apabila saya berbuat maksiat terhadap
 Allah dan Rasul-Nya.’ 16

          Ada pepatah mengatakan “Se/awe, njaluk selamat”. Bercermin dari
 pepatah tersebut, adalah sesuatu yang wajar apabila dalam upaya
 merevitalisasi nilai-nilai kearifan lokal membutuhkan dukungan sumber
 daya yang memadai, yaitu sumber daya manusia, sarana prasarana dan
 anggaran. Semua fihak perlu memberikan apresiasi atas kebijakan
pemerintah mengalokasi 20% APBN untuk pembangunan sektor
pendidikan, yang mana di dalamnya termasuk pendidikan dan
pemberdayaan nilai-nilai kearifan lokal. Saat ini secara nasional sedang
terjadi kekurangan sumber daya manusia yang kompeten dalam
pengembangan dan pengelolaan nilai-nilai kearifan lokal, misalnya sangat
terbatas sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi untuk
menjabarkan nilai-nilai kearifan lokal sebagai nilai dasar menjadi nilai
instrumental hingga menjadi nilai praksis. Contoh : nilai kearifan lokal
Yogyakarta *ngelmu iku kelakone kanthi laku” bahwa mencari pengetahuan
itu adalah keharusan bagi setiap orang dengan usaha keras agar dapat
dicapai hasil yang memadai; di Sumatera Utara ada kearifan lokal yang
menyatakan "adat hidup berkaum bangsa, sakit senang sama dirasa, adat
hidup berkaum bangsa, tolong menolong rasa merasa", bermakna dalam
merekatkan solidaritas antar-anggota masyarakat, sebaliknya, kemunduran
harus dihindari karena merugikan semua orang; di Lampung terdapat
prinsip Unemui nyapuf atau membuka diri dalam pergaulan. Saat ini sedikit.
orang yang memahami hal tersebut, sehingga tidak heran jika makin
banyak generasi sekarang dan yang akan datang tidak mengetahui dan
memahami nilai-nilai kearifan lokal melalui dokumen tertulis dalam kitab-
kitab lama seperti lontar, kekawin, serat Centini, kidung, mocopat dan lain
sebagainya. Keterbatasan juga terjadi dalam hal infrastruktur, misalnya
fasilitas dan sarana untuk mendokumentasikan nilai-nilai kearifan menjadi
mudah untuk dipelajari oleh semua fihak.

16 Dikutip dari Abdul Aziz Al Badri, Al Islam bainal Ulama wal Hukkam.

                                                                             i
   1   2   3   4   5   6   7   8   9