Page 7 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 7
35
lingkungan dan perayaan hari besar nasional cukup dengan
membayar uang sebagai pengganti kehadiran saja, seolah-olah
hubungan silaturahmi bisa ditukar dengan materi. Jadi jangan
berharap di antara mereka memiliki rasa persatuan, kedekatan
secara batin, keakraban, senda gurau, saling memahami karakter,
atau kesukaan makanan, kesukaan musik dan hiburan dan senasib
sepenanggungan. Semua itu cenderung fomnalitas dan kurang
penghayatan sehingga ketika ada tetangga tertimpa musibah atau
meninggal pun tidak merasa ada yang hilang atau berkurang, tidak
ada kesedihan, tangis empati. Dengan kata lain, identitas
kebersamaan sebagai satu kesatuan nasional makin pudar. Dari
uraian di atas dapat ditarik deduksi bahwa apabila pemahaman dan
apresiasi serta pengamalan nilai-nilai kearifan lokal rendah maka
akan berimplikasi pada memudarnya identitas nasional.
b. Implikasi Pemantapan Identitas Nasional Terhadap
Tangguhnya Ketahanan Nasional. Saat ini penguatan identitas
kebangsaan Indonesia berupa identitas nasional sedang mengalami
semacam “kelesuan" sebagai ilustrasi kurang maksimalnya dalam
pengelolaan identitas nasional tersebut, juga sedang mengalami
erosi akibat “gempuran” pengaruh globalisasi dengan berbagai
persoalannya yang bisa mengancam ketahanan nasional.
Pembangunan karakter (nation and character building) saat ini
belum sepenuhnya tergali dari landasan idiil Pancasila dan landasan
konstitusional UUD NRI 1945 dalam rangka memperkokoh Bhineka
Tunggal Ika. Sebagaimana diketahui bahwa nilai-nilai dasar dan
instrumental maupun nilai praksis dari Pancasila dan UUD NRI 1945
sudah termanifestasikan dalam nilai-nilai kearifan lokal. Kearifan
lokal ini hadir dalam berbagai bentuk tatanan nilai misalnya tatanan
nilai sosial seperti semangat rela berkorban yang “sepi ing pamrih”,
musyawarah dan gotong royong, keteguhan pendirian, dan ketaatan
pada aturan negara, semua itu merupakan ciri-ciri identitas nasional
bangsa Indonesia.