Page 5 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 5

33

          Dalam menghadapi tantangan melemahnya identitas nasional
 tersebut maka hams dilakukan upaya memelihara dan melestarikan nilai-
 nilai kearifan lokal, salah satu unsurnya adalah seni budaya di mana
 bangsa Indonesia mempunyai keragaman seni-budaya dan tradisi.
 Perwujudannya dalam berbagai bentuk ekspresi budaya dan pengetahuan
 tradisional, seperti seni rupa, seni pertunjukan, cerita rakyat, permainan
 tradisional, tekstil tradisional, pasar tradisional, upacara tradisional dan lain
 sebagainya. Sayangnya fakta saat ini di masyarakat adalah pemahaman
dan apresiasi terhadap keragaman budaya tersebut rendah. Apresiasi dan
penyaluran kesenian masyarakat menghadapi kendala, antara lain
terbatasnya sarana dan prasarana kesenian seperti galeri, taman budaya,
gedung kesenian, dan gedung bioskop; selain itu minat masyarakat dalam
menonton kegiatan seni-budaya semakin menurun.

          Di samping apresiasi terhadap seni budaya yang kurang, juga terjadi
kualitas pengelolaan warisan budaya yang rendah sebagai bukti kurangnya
peran kelembagaan dalam revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal. Kondisi
objektif saat ini menunjukkan bahwa pada era otonomi daerah, kualitas
pengelolaan warisan budaya bangsa seperti benda cagar budaya, situs,
kawasan cagar budaya, dan museum masih sangat beragam karena
sangat tergantung pada kapasitas finansial dan kapasitas sumber daya
manusia serta kelembagaan di daerah. Kurangnya perlindungan,
pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya sebagai sarana
rekreasi, edukasi, dan pengembangan kebudayaan, koordinasi antar-
instansi di tingkat pusat dan daerah serta belum optimalnya kerja sama
antara pemerintah, swasta dan masyarakat membawa implikasi memudar
dan biasnya identitas nasional.

         Dari uraian di atas dapat ditarik hipotesis bahwa saat ini yang terjadi
adalah rendahnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai kearifan lokal
dalam kehidupan sehari-hari, belum maksimalnya peran kelembagaan
dalam revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal, lemahnya ketauladanan para
pemimpin formal, informal dan non-formal dalam mengaplikasikan nilai-nilai

                                                                                                                 i
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10