Page 11 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 11

37

kepemimpinan negarawan dalam kehidupan berbangsa dan
uernegara. Kondisi ini juga berdampak signifikan bagi upaya
peningkatan partisipasi politik masyarakat dalam rangka
memantapkan ketahanan nasional, sehingga polemik dan potensi
konflik sulit diselesaikan secara efektif. Padahal, tokoh masyarakat,
tokoh agama, tokoh adat dan tokoh pemuda tersebut merupakan
bagian integral dalam sistem kepemimpinan nasional di Indonesia,
karena mereka dipandang memiliki pengaruh kuat secara informal di
tengah masyarakat. Mereka juga memiliki bargaining position dalam
dinamika politik pembangunan dan ketika berhadapan dengan
aparatur negara.

e. Belum optimalnya pendidikan politik terhadap para calon
pemilih.

         Salah satu esensi demokrasi yang terabaikan sampai saat ini
ialah kurangnya pendidikan politik dari parpol serta pimpinan
lembaga negara di tingkat pusat dan daerah kepada calon pemilih.
Elite politik dan pimpinan lembaga negara belum mampu
mewujudkan proses pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah
secara damai di sejumlah daerah, sehingga proses tersebut
cenderung menjadi ajang unjuk kekuasaan elite politik semata.
Rendahnya kedewasaan dan etika berpolitik kerap berujung pada
konflik dan kekerasan antar-kelompok pendukung kandidat, karena
para elite tidak mampu menjalankan komitmen moral terkait pakta
integritas siap menang dan siap kalah.

         Belum optimalnya pendidikan politik di Indonesia juga
tergambar dari partisipasi politik sejak pemilu 1955 sampai dengan
2009 (Tabel.II) dan rendahnya tingkat partisipasi pemilih dalam
beberapa pemilukada Gubernur tahun 2013, seperti di Provinsi
Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Sumatera Utara, Bali, NTT, Papua,
NTB, dan Jawa Tengah (Tabel.III). Sebagai contoh; Dari berbagai
data yang dihimpun, pada penyelenggaraan pilgub Sumatera Utara
tercatat tingkat partisipasi pemilih hanya 48,50 persen dan angka
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16