Page 10 - Perpustakaan Lemhannas RI

60

Gelar operasi/penyebaran pengamanan laut oleh stakeholder
yang dilaksanakan dalam bentuk Satgasla, yang didukung oleh
kapal Bantu Cair Minyak (BCM) atau Kapal Tanker untuk bekal
ulang logistik cair di laut, untuk menambah ketahan-lamaan di laut,
dengan dibantu oleh unsur udara sebagai unsur pengintai dan
memanfaatkan Radar IMSS yang tersebar dan sistem komunikasi
yang terintegrasi dengan Pusat Komando dan Pengendlian
(Puskodal), sehingga operasi keamanan laut diharapkan dapat
mencegah dan meniadakan kejahatan yang terjadi di laut pada
wilayah focal area yang meliputi wilayah Laut Natuna, Selat Malaka,
Laut Sulawesi, ALKI III (Timur) dan Laut Arafuru dengan
memanfaatkan kekuatan yang ada sekarang ini.

Pola pengamanan laut dengan pola preventif, diarahkan
kepada upaya pencegahan terhadap niat pihak-pihak tertentu untuk
melakukan berbagai pelanggaran di laut, dan pola re p r e s ifUntuk
menindak tegas pihak-pihak tertentu yang terbukti melakukan tindak
pidana atau kejahatan di laut sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Sebelum melaksanakan kegiatan keamanan laut
didahului pengintaian udara oleh unsur udara dari pesud maritim
untuk memperoleh data, informasi terhadap sasaran atau kontak-
kontak yang mencurigakan selanjutnya dinilai, dievaluasi dan
dianalisa dan ditindak lanjuti oleh unsur laut untuk pencarian,
pengejaran dan pemeriksaan kapal atau investigasi, apabila terdapat
dugaan, cukup bukti adanya pelanggaran/kejahatan dapat dibawa
dengan dikawal, digandeng, di adhock (bergerak sendiri ke
pangkalan terdekat yang diperintahkan oleh aparat) ataupun ditarik
ke pelabuhan terdekat untuk proses lanjutan di darat. Sedangkan
apabila tidak terbukti maka kapal yang diperiksa dapat melakukan
kegiatan kembali.

Dalam pengamanan laut setengah kekuatan Satgasla yang
bergerak ke laut untuk melaksanakan patroli/perondaan, atau dapat
juga melaksanakan lego jangkar pada posisi tunggu, kemudian