Page 10 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 10
52
itu, peran pemerintah dalam pertumbuhan diprakirakan akan
meningkat dan mampu mendorong peningkatan pertumbuhan
ekonomi Indonesia di tahun 2011. Secara sektoral, penggerak
pertumbuhan di tahun 2011 diprakirakan masih berasal dari sektor
industri; sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHRI); dan sektor
pengangkutan dan komunikasi. Dalam hal ini peranan sektor industri
dalam pertumbuhan semakin meningkat. Dengan berbagai faktor
tersebut, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 diprakirakan akan
terakselerasi dan dapat mencapai kisaran 6,0%-6,5%.
Sejalan dnegan pertumbuhan ekonomi domestik yang
diperkirakan akan membaik dan kinerja perekonomian dunia yang
tetap kuat, NPI masih akan mencatat surplus yang cukup tinggi.
Ekspor diprakirakan masih akan tumbuh tinggi di tengah tingginya
pertumbuhan impor sehingga secara keseluruhan transaksi berjalan
masih mencatat surplus. Di sisi transaksi modal dan finansial, arus
modal asing diprakirakan masih berlanjut pada tahun 2011 dengan
peranan FDI yang semakin meningkat. Dengan dukungan neraca
pembayaran yang solid tersebut, rata-rata nilai tukar rupiah pada
tahun 2011 diperkirakan stabil. Meskipun optimisme terhadap
membaiknya kinerja perekonomian ke depan cukup besar, beberapa
faktor risiko terhadap prospek inflasi maupun konerja makro
ekonomi lainnya tetap perlu diwaspadai. Dari sisi domestik, potensi
terjadinya gangguan produksi dan distribusi bahan makanan
dikhawatirkan dapat memberikan tekanan tambahan terhadap inflasi
ke depan. Selain itu, lebih tingginya tekanan inflasi juga dapat
bersumber dari peningkatan permintaan yang terlalu cepat dan
kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga barang atau jasa yang
bersifat strategis, seperti T D L , LPG, BBM bersubsidi, maupun tarif
angkutan. Dari sisi eksternal, faktor risiko antara lain dapat berasal
dari pergerakan harga minyak dunia dan komoditas yang meningkat
terlalu tinggi sehingga dikhawatirkan dapat memengaruhi tekanan
inflasi dan kinerja perekonomian Indonesia. Sementara itu, masih
tingginya faktor ketidakpastian pemulihan krisis di Negara-negara