Page 15 - Perpustakaan Lemhannas RI

67

Anak-anak yang terbiasa santun, tumbuh dewasa dengan pola
sikap yang tenang, begitu tiba disebuah organisasi, apalagi organisasi
politik, menjadi terkaget-kaget karena ternyata mereka belajar bahwa
yang penting adalah ngotot duluan, soal salah atau benar itu
belakangan, syukur yang salah dianggap benar. Hal-hal kecil inilah
yang akhirnya mengaburkan nilai yang sesungguhnya, dan serta
merta menganggapnya benar.

Belum lagi pelajaran agama yang diterima di pendidikan formal
dan non formal, pendidikan agama memegang peranan penting,
namun ketika penyampaian dan penerimaan nya menjadi salah arti,
maka akan dilaksanakan dengan cara yang salah, maka penting para
pendidik yang ada di pendidikan non formal memahami kurikulum dan
hakikat dari penanaman nilai-nilai kebangsaan guna memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa.
Contoh lain yang perlu juga mendapat perhatian dampak dari anak-
anak yang tidak mendapatkan pola sikap dan karakter yang baik,
menyampaikan sesuatu dengan cara memaksa ini terjadi pada
kalangan nonformal, siapakah yang mengambil tanggung jawab ini,
ketika tidak ada pendidik dalam pendidikan ini, maka setiap kita
manusia dewasa menjadi pendidik bagi anak-anak.

Pokok permasalahan lain yang perlu mendapatkan perhatian
adalah terbatasnya alokasi anggaran bagi kelengkapan perangkat
sebagai bentuk acuan bagi penanaman nilai-nilai penanaman
kebangsaan sebagai upaya pembentukan karakter bangsa.
Penanaman Nilai-nilai Kebangsaan yang menjadi bagian utama
dalam pendidikan nasional Indonesia, dimana pendidikan nasional itu
sendiri adalah untuk terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata
sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga
negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah.

Pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada
perode pertama, anggaran pendidikan nasional terus meningkat dari