Page 13 - Perpustakaan Lemhannas RI

55

Saat ini, bangsa-bangsa yang berpopulasi besar seperti China,
India, dan yang paling klasik tentu saja Amerika Serikat, telah
memperlihatkan kemajuan yang hebat untuk menjadi pemimpin ekonomi
dunia. Indonesia pun, yang masyarakatnva berpendidikan cukup dan
dengan bonus demografi (populasi produktif yang besar) terutama pada
2025-2030 harus mampu memanfaatkan besarnya populasi penduduk
sebagai pemicu kemajuan dan kejayaan di bidang ekonomi, sosial, dan
budaya. Dan dalam pemicu itulah terdapat keunggulan kompetitif kultural,
yang dapat dioptimalkan ketangguhannya melalui penghapusan tradisi
kekerasan pada institusi pendidikan vokasional melalui optimalisasi
pendidikan karakter.

Masih dalam konteks global, penajaman keunggulan kultural melalui
optimalisasi pendidikan karakter—yang berbasis pada nilai-niai Pancasila
dan UUD 1945—juga akan memperkuat Ketahanan Nasional di bidang
budaya. Pengaruh dan infiltrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 kan dapat ditangkal secara efektif,
karena akan berhadapan dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang
bernilai ekonomi tinggi. Sebab, sebagaimana dipaparkan di atas, kekuatan
tenaga-tenaga vokasional Indonesia dalam bursa tenaga kerja
internasional terletak pada faktor kultural yang khas. Artinya, faktor kultural
ini juga bernilai ekonomi. Faktor kultural khas bangsa Indonesia telah
mengantarkan tenaga-tenaga vokasional Indonesia merebut posisi yang
baik di dunia lapangan kerja internasional— yang tentunya bernilai ekonomi.

Dengan demikian, lingkungan global dan globalisasi bagi institusi
pendidikan vokasional di Tanah Air sesungguhnya merupakan peluang
emas untuk berkiprah secara signifikan di dunia kerja internasional/dunia,
karena mereka memiliki keunggulan kultural dan personaliti yang khas,
yang akseptabel dengan lingkungan kerja internasional. Di sisi lain mereka
juga berada di garda depan dalam kelestarian dan kebertahanan budaya
bangsa.