Page 12 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 12

54

Maka, dari sudut pandang yang sebaliknya, faktor kultural merupakan
akses masuk sekaligus keunggulan kompetitif yang khas yang dimiliki oleh
para lulusan institusi pendidikan vokasional Indonesia.

         Karena itulah, upaya-upaya penghapusan tradisi kekerasan melalui
optimalisasi pendidikan karakter bukan hanya relevan tetapi juga sudah
saatnya dijalankan dan terus diperkuat.

         Bangsa-bangsa di dunia pun melakukan hal yang sama, terus
mengeksplorasi keungguan kompetitif yang dimilikinya. Jepang, Amerika
Serikat, Inggris, dan Australia, dan beberapa negara maju lainnya yang
diakui dunia memiliki institusi pendidikan vokasional berkualitas
internasional, terus mengembangkan diri dengan memanfaatkan sebaik-
baiknya teknologi tinggi—yang akseptabel dengan dunia kerja, terus
memperbaiki sikap profesionalisme, serta memberi arah materi pendidikan
vokasional yang terfokus, karena mereka memang kuat di sektor ini.
Mereka juga terus-menerus mengembangkan pendidikan-pendidikan
vokasional yang relevan dengan kebutuhan dan persoalan dunia dan
memperhatikan hubungan antara institusi pendidikan vokasional, produk
institusi pendidikan ini, dunia bisnis, dan pemerintah. China, yang sangat
menyadari posisinya yang sangat kuat dalam perekonomian dunia, juga
melakukan pembangunan yang sungguh-sungguh dalam pendidikan
vokasional dan pendidikan tinggi, kesiapan teknologi, kecangihan pasar
finansial, dan inovasi.

          Di sisi lain, mereka— negara-negara yang kuat dalam pendidikan
vokasional—-juga mengetahui, saat ini semua institusi pendidikan di seluruh
dunia tengah berlomba untuk menjadi yang terdepan dalam upaya
mewujudkan ekonomi dan masyarakat yang berbasis ilmu pengetahuan,
globalisasi, menjadi warga dunia, demokratisasi, dan hak asasi manusia.
 Hal ini karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,
transportasi, layanan dan industri kreatif yang begitu hebat. Karena itulah,
 konsep pengajaran, cara belajar, metode, teknologi pendukung
 pembelajaran (proses belajar-mengajar), harus berbasis pada paradigma
 baru dan sistem manajemen yang sesuai dengan perubahan jaman dan
 tuntutan dunia kerja global.
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17