Page 3 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 3
Selain itu, tingkat kelahiran antar provinsi sangat bervariasi,
menurut kondisi sosial, ekonomi, serta geografis provinsi yang
bersangkutan. Hasil SDKI 2007 setelah direvisi menunjukkan bahwa TFR
terendah berada pada tingkat 1,5 di Daerah Istimewa Yogyakarta dan
tertinggi 3,7 di Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Menurut data SDKI
yang belum direvisi, rata-rata jumlah anak yang dilahirkan pada kelompok
miskin (4,2) lebih banyak dibandingkan dengan kelompok yang labih
mampu (3,0). Selanjutnya, rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh
perempuan yang berpendidikan rendah (4,1) lebih banyak dibandingkan
dengan perempuan berpendidikan tinggi (2,7).
c. Bervariasinya angka pemakaian kontrasepsi.
Prevalensi pemakaian kontrasepsi (Contraceptive Prevalence
rate/CPR) masih rendah dan bervariasi antar provinsi, status ekonomi,
tingkat pendidikan, dan desa-kota. Bila dilihat hasil SDKI 2002-2003 dan
2007, CPR tidak memperlihatkan peningkatan yang berarti, yaitu masing-
masing dari 56,7 persen menjadi 57,4 persen (cara modem) dan dari 60
persen menjadi 61,4 persen (semua cara). CPR terendah terdapat di
Maluku sekitar 33,9 persen dan tertinggi di Bengkulu sekitar 73,9 persen.
d. Masih tinggi dan bervariasinya unm et need.
Jumlah pasangan usia subur (PUS) yang ingin menunda punya
anak atau tidak menginginkan anak lagi tapi tidak ber-KB (unmet need)
meningkat dari 8,6 persen pada SDKI 2002-2003 menjadi 9,1 persen
pada SDKI 2007. Unmet need sangat bervariasi antar provinsi, terendah
sebesar 3,2 persen di Bangka Belitung dan tertinggi di Maluku sebesar
22,4 persen.
e. Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran remaja dan
Pasangan Usia Subur (PUS) tentang keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi.
Rendahnya pengetahuan dan kesadaran remaja dan PUS tentang
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi dapat menyebabkan
33

