Page 4 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 4
terjadinya pernikahan usia dini, kehamilan yang tidak diinginkan karena
hubungan di luar nikah dan aborsi yang tidak aman. Hal ini dapat
dicermati dari hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
(SKRRI) 2007, memperlihatkan bahwa 2 persen wanita dan 8 persen pria
mengatakan setuju apabila pria melakukan hubungan seksual pra-nikah.
Hanya 1 persen wanita dan 5 persen pria yang setuju apabila wanita
melakukan hubungan seks pra-nikah. Indikator lain yang menunjukkan
bahwa remaja telah mempunyai perencanaan keluarga adalah angka
median usia kawin pertama wanita yang diharapkan pada tahun 2014 naik
menjadi 21 tahun, dari SDKI 2002-2003 tercatat 19,2 tahun, dimana
wanita di perdesaan 2 tahun lebih cepat kawin dibandingkan dengan
wanita di perkotaan. Di samping itu, diungkapkan pula adanya keterkaitan
antara tingkat pendidikan dengan usia kawin, yaitu semakin tinggi
pendidikan, maka semakin tinggi pula median kawin pertama.
f. Masih rendahnya partisipasi keluarga dalam pengasuhan dan
pembinaan tumbuh kembang anak dan remaja.
Berdasarkan data dari BKKBN, persentase keluarga yang memiliki
anak balita yang aktif melakukan pembinaan tumbuh-kembang anak
melalui kegiatan kelompok Bina Keluarga balita (BKB) cenderung
menurun, yaitu dari 29 persen pada tahun 2006, menjadi sekitar 10
persen pada tahun 2008. Hal ini disebabkan karena penurunan jumlah
kelompok BKB yang aktif, terlihat penurunan yang cukup bermakna yaitu
dari 106.755 kelompok pada tahun 2005, menjadi 81.635 kelompok pada
tahun 2006, dan turun lagi menjadi 69.573 kelompok pada bulan
September 2007, pada akhir tahun 2008 meningkat kembali menjadi
76.218 kelompok, dan pada akhir tahun 2009 mencapai 78.040 kelompok.
Sementara, jumlah kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) pada tahun
2006 tercatat sebanyak 32.279 kelompok, mengalami penurunan pada
tahun 2007 menjadi 28.408 kelompok, pada akhir 2008 meningkat
kembali menjadi 30.782 kelompok, dan pada akhir 2009 mengalami
peningkatan kembali menjadi 32.535 kelompok.
34

