Page 5 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 5
31
dan juga menanam padi di Queensland.
Di pulau Jawa, pertanian bisa meluas karena jaringan irigasi
tersedia dengan baik. Di pulau Sumatra dan pulau Kalimantan tentu
saja bias dikembangkan pertanian yang lebih baik, jika terdapat
jaringan irigasi. Jadi masalahnya bukan pada kesuburan tanah namun
pada teknologi irigasi yang mantap. Israel dan Uni Sovyet (Rusia)
bertahun-tahun bisa menggenjot lahan mereka yang 'susah' itu
dengan investasi besar-besaran dalam jaringan irigasi. Terhentinya
Program Persawahan di Kalimantan bukan semata karena soal lahan
gambut, melainkan juga bahwa impor pangan sebagai solusi yang
lebih murah dibanding pelaksanaan program tersebut.
Sebagai gambaran bahwa potensi sumberdaya air baku tersedia
di Indonesia yaitu 3.905.000 (106 m3 per tahun). Adapun sebesar
691.300 (106 m3 per tahun) yang dapat dimanfaatkan, namun yang
sudah dimanfaatkan baru 25,3 % atau sebesar 175.100 (106 m3 per
tahun) dan belum dimanfaatkan sekitar 74,7 % atau 516.200 (106 m3
per tahun). Sementara sumberdaya air yang sudah dimanfaatkan
digunakan sektor pertanian sebesar 141.000 (106 m3 per tahun) dan
untuk kebutuhan rumah tangga, perkotaan dan Industri sebesar
34.100 (106 m3 per tahun).34
Selain potensi sumberdaya air baku, ditambah lagi dengan curah
hujan yang relatif konstan, bahkan khusus Sumatra dan Kalimantan,
curah hujan itu sepanjang tahun minim variasi. Paradigma pertanian
harus di tanah yang subur itu kurang bijak, di sinilah diperlukan
teknologi dan infrastruktur. Negara-negara lain sanggup mengelola
pertanian di lahan kering. Australia meski lahannya kurang 'subur',
tapi karena penerapan teknologi dan infrastruktur pertaniannya yang
sudah maju maka hasilnya sangat mengembirakan. Begitu pula
dengan Thailand yang sangat maju dalam pengelolaan sumberdaya
pertaniannya dengan penerapan teknologi yang memadai.
Indonesia sebenarnya tidak kalah dalam manajemen dan
34 Paparan Dirjen Sumber Daya Air, “Kebijakan Pemerintah Di Bidang Sumber Daya Air
Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional, di Lemhannas. Jakarta Juli 2012

