Page 6 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 6

32

 teknologi pertanian, namun yang menjadi kendala adalah kebijakan
 yang selalu bias dan kurang didasarkan para komitmen secara
 berkelanjutan.

 d. Dinamika dan Stabilitas Pasar
         Kondisi dinamika dan stabilitas pasar pangan lokal masih belum

 kondusif. Tanpa dinamika dan stabilitas pasar pangan lokal yang
 kondusif, maka produk-produk pangan lokal akan kalah bersaing.
 Kondisi ini yang menyebabkan terjadinya disparitas harga.
 Disparitas harga terjadi selain selisih harga produksi komoditas antar
 daerah/wilayah, juga lebih banyak disebabkan oleh distribusi pangan
 dengan ekonomi biaya tinggi.

        Praktik ekonomi biaya tinggi masih mendera masyarakat
sehingga sulit untuk berkembang dengan baik. Sebagai contoh,
produk produk di Sumatera Barat, tindak mungkin bersaing di
Jakarta untuk produk serupa dari luar negeri, jika biaya transport dari
Padang ke Jakarta 600 dollar AS per kontainer, sedangkan dari
Singapura ke Jakarta hanya 185 dollar AS per kontainer. Bagaimana
mungkin jeruk Pontianak bisa bersaing dengan jeruk China, kalau
ongkos angkut dari China ke Jakarta lebih murah dari ongkos angkut
dari Pontianak ke Jakarta.

        Begitu pula pada kasus impor ikan lele dari Malaysia ke Medan
dan Batam sudah berlangsung lama, karena ikan Lele di daerah
tersebut lebih murah didatangkan dari Malaysia dibandingkan dari
Jawa. Penyebabnya, transportasi dari Jawa lebih jauh dan supply ikan
Lele dari Jawa sulit karena produksinya juga hanya mampu
memenuhi kebutuhan di daerah Jawa. Produksi Lele di tanah air sulit
berkembang meskipun permintaan banyak karena harga pakan terlalu
mahal. Di Malaysia, subsidi untuk pembudidaya ikan cukup besar
sehingga harga produksinya bisa lebih murah. Sama halnya dengan
ikan Patin, dimana Indonesia impor dari Vietnam dengan nama lain
yaitu Dori, karena harga produksi budidaya Patin di Vietnam jauh
lebih murah karena subsidi Pemerintah dan pakan ikan diproduksi di
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11