Page 15 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 15
29
a. Rendahnya pendidikan politik para penyelenggara negara.
Kualitas pendidikan politik para penyelenggara negara akan turut
menentukan efektivitas mereka dalam menjalankan fungsi komunikasi
politik. Para penyelenggara negara wajib memiliki pendidikan politik
yang memadai agar mampu memahami secara utuh dan menyeluruh
mengenai tugas dan kewajiban politik mereka sebagai representasi
rakyat, terutama dalam membangun komunikasi politik yang efektif di
tengah euphoria demokrasi.
Ketika para penyelenggara belum memiliki tingkat pendidikan
politik yang memadai, maka pemahaman tentang tugas, fungsi dan
kewajiban konstitusional mereka untuk mendengar dan menjaring
aspirasi publik akan menjadi kurang optimal, sehingga sulit untuk
ditransformasikan menjadi suatu kebijakan atau keputusan politik
yang berpihak pada kepentingan rakyat. Kondisi ini berdampak pula
terhadap etika politik para penyelenggara negara, sehingga
berkembang proses komunikasi politik yang kurang santun dan
mengabaikan nilai-nilai etika. Salah satu dimensi etika politik yang
patut dicermati ialah “aksi politik" dan hal ini langsung terkait dengan
perilaku politikus termasuk saat mereka menjalankan proses
komunikasi politik. Ketika etika politik tidak mampu membentuk
budaya politik santun, maka penalaran terhadap pesan yang ingin
disampaikan akhirnya sulit dikomunikasikan dengan baik.23
Demikian juga, ketika elit politik dan pejabat penyelenggara
negara belum memahami dan memiliki kualitas pendidikan politik
sebagaimana yang diharapkan, maka menurut Parreto, elit akan
cenderung berjuang melawan massa, melawan mereka yang kurang
berbakat, kurang mampu mencapai posisi kekuasaan dan memiliki
kecenderungan berkuasa untuk membentuk oligarki-oligarki yang
mengabdikan diri dan turun-temurun.24 Hal ini yang umumnya terjadi
dan mungkin banyak ditemukan di Indonesia.
23 Haryatmoko, Etika Politik & Kekuasaan, (Jakarta: Kompas Media Nusantara), him. 33,
37-38
Anthony Birch, The Concepts and Theories o f Modem Democracy, 2001, London:
Routledge, dalam ibid, him. 31-32.

