Page 8 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 8

10

 Operasi Seroja (1975), TNI-AU terpaksa menggunakan pesawat B-26
 Invader yang diproduksi pada masa Perang Dunia II. Kondisi tersebut bisa
 dikatakan saat mulai memasuki Orde Baru, Indonesia hanya memindahkan
 ketergantungan senjata dari Blok Timur ke Blok Barat.16

           Dalam perjalanannya, Dwifungsi ABRI memang tidak memberikan
 perhatian yang besar pada ancaman dan invasi asing, namun lebih
 memfokuskan diri pada konsolidasi TNI sebagai kekuatan sosial politik
 yang dominan di tingkat internal. Hal ini bukan tanpa perencanaan yang
 matang, ancaman dan gangguan terhadap keamanan pada masa Orde
 Baru memang lebih didominasi oleh ancaman dalam negeri seperti kasus
separatisme di Aceh, Papua, dan Timor Timur.

          Kondisi di era globalisasi telah mendobrak batas-batas fisik antar
negara mengakibatkan perkembangan berbagai bentuk ancaman menjadi
semakin kompleks, dimana saat ini ancaman terhadap suatu negara bukan
lagi ancaman invasi dari negara lain. Ancaman nyata yang timbul dan
bentuknya terlihat jelas yaitu gangguan keamanan dalam negeri yang
berupa munculnya kejahatan terorganisasi trans-nasional, terorisme, serta
ancaman lain dalam bidang perekonomian dan sosial. Berkembangnya
model ancaman di era globalisasi tersebut mengisaratkan, bahwa
peningkatan industri pertahanan nasional menjadi conditio sine qua non
(mutlak dan tidak dapat ditunda) untuk mempertahankan kedaulatan
nasional sekaligus mengurangi ketergantungan pada produk persenjataan
buatan negara lain yang rentan terkena embargo. Oleh karena itu
diperlukan pedoman dalam menyusun tata kelola industri pertahanan, yaitu
paradigma nasional yang meliputi Pancasila sebagai landasan idiil, UUD 45
sebagai landasan konstitusional, Wawasan Nusantara sebagai landasan
visional, Ketahanan Nasional sebagai landasan konsepsional, peraturan
perundang-undangan terkait, landasan teori dan tinjauan pustaka.

7. Paradigma Nasional
         a. Pancasila sebagai Landasan Idiil

16 Hendro Subroto, Operasi Udara di Timor Timur (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005), him. 9.
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13