Page 11 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 11

41

cara, ungkapan-ungkapan, dan bahasa sendiri dalam perjuangan
mewujudkan tujuannya. Para teroris menggunakan pembenaran
epistemologis sendiri dan menafsirkan ideologi-ideologi serta
ungkapan kebenaran dengan cara melakukan manipulasi makna.
Manipulasi ungkapan bahasa kebenaran tersebut kerap kali
bersumber dari kaidah-kaidah agama, yang ditafsirkan dan
dimanipulasikan dengan ungkapan bahasa. Hal tersebut dijadikan
dasar pembenaran bagi segala tindakan terorisme.

          Hendropriyono menyampaikan bahwa terorisme adalah
perbuatan yang tergantung pada sistem nilai dan cara pandang
dunia sehingga untuk memahaminya diperlukan suatu kerangka dan
metodologi pemikiran yang digunakan pada filsafat. Menurut
Hendropriyono, taktik dan teknik teroris terns berkembang seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan
strateginya berkembang seiring dengan keyakinan ontologis atas
ideologi atau filsafat yang menjadi motifnya. Hendropriyono juga
menyatakan bahwa terorisme sangat memerlukan dukungan media
massa, sementara media sendiri tidak menyadari bahwa mereka ikut
membantu keberhasilan operasi terorisme tersebut

          Terorisme pada masa kini telah berkembang lingkupnya
menjadi global dengan disponsori oleh negara ataupun oleh
organisasi transnasional seperti Al Qaeda. Terorisme yang terjadi di
Indonesia dilakukan oleh luiusan perang Afghanistan (Amrozi cs)
dan masih terkait erat dengan Al Qaeda. Di sisi lain, meningkatnya
jumlah terorisme juga diikuti dengan meningkatnya jumlah dan
kualitas kerjasama internasional untuk memberantas terorisme.
Dalam konteks kelndonesiaan, terorisme yang dilakukan
mengganggu elemen bangsa lainnya yang tidak bisa memahami
bagaimana mungkin terorisme muncul disebuah negara pluralis
yang damai berdasar Pancasila dan bersemboyan Bhineka Tunggal
Ika.

         Tentang relevansi kajian terorisme dengan ketahanan
nasional, Hendro lebih menekankan pada upaya membangkitkan
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16