Page 7 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 7

37

 Namun mereka tidak akan menjadi masalah besar jika hanya terjadi
 pada tahap individu atau bersifat perorangan. Pada kondisi mereka
 terakumulasi sebagai enabiling group mereka menjadi berbahaya
 sebagaimana dinyatakan oleh Louis Richardson ‘The most
 dangerous terror; she writes, is that supported by a community’,
 karena adanya kelompok yang memobilisasi, mengkoordinir dan
 memberikan kemampuan sehingga menjadi kelompok yang terdiri
 dari orang-orang yang kecewa. Kondisi semakin menjadi bahaya
 ketika diinspirasikan oleh legitimasi ideologi (paham) yang
 membolehkan dan melegitimasi mereka menggunakan cara
 kekerasan dalam rangka mewujudkan tujuan atau membalas
 kekecewaannya.

c. Teori dari Joseph S. Nye. Jr, Untuk membangun counter
terorisme yang efektif membutuhkan kerangka teoritis (Theoriticai
Framework) mencakup penggunaan hard power, metode soft power,
serta kombinasi hard power dengan soft pow er.28 Power atau
kekuasaan secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengaruh
dan kontrol suatu bangsa terhadap bangsa lain. Kekuasaan sering
diasosiasikan dengan kepemilikan sumber-sumber tertentu,
sehingga kekuasaan juga bisa didefinisikan sebagai kepemilikan
yang relatif besar atas beberapa elemen yang mendukung
kekuasaan, seperti penduduk, wilayah, sumber daya alam, kekuatan
ekonomi, kekuatan militer dan stabilitas politik. Hard power dapat
diartikan “about compelling your adversary to comply with your will
through the threat o r use o f force”, sedangkan Soft power diartikan
“about attracting your partner to share your goals through dialogue
and exchange”.829

28 Huda    Albana,  Konsep  Soft Powers,  terdapat  dalam

http://hudaalbanna.blogspot.com/2010/02/ konsep-soft-power.html, diakses tgl 14 Mei

2011.

29 Daryl Copeland, Hard Power Vs. Soft Power, terdapat pada

http://www.themarknews.com /articles/895-hard-power-vs-soft-power, diakses tgl 14

Mei 2011.
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12