Page 12 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 12
32
misalnya Nil Banten pimpinan Jaja dan Nil Sumatera pimpinan Abu Kholis.
Kelompok ini juga masih tetap fokus pada agenda lama pembentukan Negara Islam
Indonesia namun selain taktik tanpa kekerasan seperti pada Nil Struktural, kelompok
ini juga melegitimasi taktik penggunaan kekerasan yang disebut dengan aksi
terorisme. Kelompok ini bahkan memiliki kamp pelatihan militer sendiri di Filipina
Selatan pada tahun 1990an dan awal 2000an, yang lokasinya berdekatan dengan
kamp Abu Bakar milik kelompok MILF (Moro Islamic Liberation Front - kelompok
separatis Filipina Selatan).40
Arus kedua adalah jaringan yang lebih mengutamakan agenda baru
internasional yaitu bagian dari “global jihad” yang dipimpin oleh Al Qaeda. Bagi
mereka jihad dengan kekerasan, yang dikenal sebagai aksi terorisme adalah taktik
utama untuk melawan Barat yang dianggap menekan dan membahayakan
eksistensi Islam. Kelompok utama arus ini adalah al Jamaah al Islamiyah (Jl). Pada
periode 1993 (saat Jl terbentuk) hingga 2002 (insiden bom Bali) kelompok ini
memiliki organisasi yang cukup solid. Organisasi yang dipimpin oleh seorang Am ir
(ketua) ini terdiri dari 4 wilayah yang disebut Mantiki. Mantiki 1 meliputi wilayah
Malaysia dan Singapura serta berfungsi sebagai sumber ekonomi dan pendapatan
dana bagi organisasi karena anggotanya yang relatif cukup sejahtera. Mantiki 2
membawahi daerah Indonesia bagian barat dan difungsikan sebagai wilayah operasi
karena memang sasarannya adalah menjatuhkan pemerintahan NKRI. Mantiki 3
yang mencakup Filipina Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi dianggap sebagai
wilayah pelatihan karena situasi konflik di mana geografisnya yang bergunung-
gunung dan hutan lebat serta jauh dari perhatian Pemerintah Pusat sehingga ideal
untuk kamp pelatihan. Sedangkan Mantiki 4 di Australia dipandang sebagai Mantiki
khusus untuk pengembangan jaringan di dunia barat.41
Pada era Reformasi, terdapat dua periode yang berbeda tentang strategi
nasional penanggulangan terorismenya. Periode 1998 (dimulainya era Reformasi)
hingga 2002 (insiden Bom Bali) merupakan periode transisi. Pada periode ini terjadi
semacam disorientasi strategi karena pada saat itu militer dan intelijen, yang pada
40 Karnavian, Muhammad Tito. 2009. Regional Fraternity: The Collaboration of Islamist Radical
Groups in Indonesia and the Philippines, dalam Daljit Singh (ed). Terrorism in South and Southeast
Asia in the Coming Decade, Singapore. ISEAS. Lihat
http://bookshop.iseas.edu.sg/ISEAS/Book.jsp?cSeriesCode=PIC184&cCategoryType=
41 Lihat lampiran Gambar 2 tentang Struktur Organisasi Al Jamaah Al Islamiyah tahun 2002 dan
Gambar 3 tentang Struktur Jl Mei 2007.

