Page 5 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 5

35

        berjalan baik seiring dengan optimalisasi peran partai politik, baik sebagai
        sarana komunikasi politik {political communication), sosialisasi politik
        {political socialization), rekrutmen politik {political recruitment), dan pengatur
        konflik {conflict management).

                  Namun demikian, saat ini peran parpol sulit berjalan optimal,
         sehingga transparansi dalam aspek rekrutmen dan kaderisasi oleh parpol
         seringkali menjadi sorotan masyarakat. Selama ini terdapat kecenderungan
         bahwa proses kaderisasi di dalam partai politik tidak dilakukan secara
         terbuka dan akuntabel, sehingga menimbulkan stagnansi, potensi nepotisme
         dan politik dinasti, serta berdampak pada lahirnya krisis kepemimpinan
         nasional. Kondisi ini telah menyebabkan minimnya ketersediaan pemimpin
         nasional dan pemimpin daerah alternatif yang berkualitas dan berintegritas
         untuk dapat dipilih oleh rakyat. Rekrutmen politik yang menjadi salah satu
         tugas penting partai politik tidak dapat dilakukan secara optimal. Sementara
         itu, realitas yang terjadi juga menunjukkan bahwa sistem seleksi, rekrutmen
         dan kaderisasi di tubuh parpol ternyata masih jauh dari harapan para
         konstituen, karena munculnya kader-kader instan yang didukung modal
         finansial sangat besar dan belum mengakar di internal partai.

                  Kondisi tersebut diatas tergambar dalam survei nasional yang
         dilaksanakan oleh Lembaga Riset Informasi (LRI) pada bulan Desember
         2007, terkait peran partai politik di dalam menjalan fungsinya sebagai agen
         demokrasi.22 Dalam hasil survei tersebut, dikemukakan bahwa mayoritas
         responden memberikan nilai di bawah 5 (skala 1 nilai terburuk dan 9 nilai
         terbaik) terhadap peran ketua umum dari tujuh partai politik (Partai Golkar,
         PDIP, PKB, PKS, PPP, PAN, dan Partai Demokrat) yang selama ini
         mendominasi peta politik nasional dalam melakukan kaderisasi di partai
         politik yang mereka pimpin, sebagai tolak ukur keberhasilan proses
         kaderisasi pemimpin nasional dan pemimpin daerah di Indonesia.

                  Dalam contoh kasus lainnya, berdasarkan hasil penelitian Lembaga
         Survei Indonesia tahun 2007 dan 2008, diketahui bahwa rendahnya
         kepercayaan publik terhadap partai politik merupakan akibat dari kinerjanya
        yang selama ini dianggap buruk dan minimnya nilai keteladanan serta

22 Partai Politik dan Kaderisasi Pemimpin Nasional : Sebagai Catatan. 2008. Diakses dari
http://qisai-indo.blogspot.com/2008/01/partai-politik-dan-kaderisasi-pemimpin.html.
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10