Page 13 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 13

27

          Dengan memperhatikan kondisi tersebut di atas, maka seharusnya berbagai
 kasus kerawanan pangan di berbagai daerah di Indonesia dapat diantisipasi, karena
 melalui berbagai program prioritas, kebijakan dan regulasi, Pemerintah Daerah dan
 DPRD idealnya telah menempatkan sektor pangan sebagai kebutuhan dasar bagi
kelangsungan hidup manusia dan sekaligus merupakan kebutuhan paling mendasar
bagi proses pembangunan di daerahnya. Namun demikian, Pemerintah Daerah dan
DPRD di sebagian besar daerah di Indonesia belum memiliki tata kelola yang efektif
dan sinergis dalam mendukung ketahanan pangan. Sebagai contoh, berdasarkan
data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan pada bulan Januari 2012 terkait
buruknya penanganan kualitas pangan dan gizi masyarakat, saat ini Indonesia
berada di peringkat kelima negara dengan kekurangan gizi sedunia dan memiliki
jumlah balita yang kekurangan gizi sekitar 900 ribu jiwa atau sebesar 4,5% dari
jumlah balita di seluruh Indonesia.17 Hal ini menunjukkan minimnya perhatian
pemerintah dan kurangnya efektivitas dari pelaksanaan amanat peraturan
perundang-undangan.

         Namun demikian tidak semua daerah mempunyai kondisi sebagaimana yang
digambarkan di atas. Beberapa daerah dengan kemampuan kreatifitas pemimpin
daerahnya telah mampu menunjukkan prestasi kerja yang menggembirakan.
Seperti misalnya Kabupaten Sleman di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan
Provinsi Gorontalo. Kedua daerah tersebut mampu mengelola potensi daerahnya
sehingga mampu meningkatkan pendapatan asli daerahnya (PAD) dalam rangka
menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya.

         Selama ini, proses pemantapan peran kepemimpinan nasional di daerah
guna mendukung ketahanan pangan dihadapkan pada sejumlah kendala dan
permasalahan yang meliputi belum efektifnya mekanisme dan kualitas rekrutmen
pemimpin di daerah serta minimnya sinergitas lintas-sektoral untuk menuntaskan
berbagai persoalan di daerah, termasuk di sektor pangan. Di sisi lain, masyarakat
juga telah dihadapkan pada situasi kehilangan sosok pemimpin daerah yang dapat
diteladani dan mampu beradaptasi dengan dinamika perubahan lingkungan
strategis. Figur-figur pemimpin di daerah saat ini cenderung mempertebal loyalitas
hanya pada identitas tertentu, terutama partai dan kelompoknya masing-masing.

17 RI di Urutan Ke 5 Yang Warganya Kurang Gizi. 2012. diakses dari http://www.tempo.co/read/
n e w s /2 0 1 2 /0 1 /1 8 /1 7 3 3 7 8 1 04/lnd onesia-P eringkat-5-K ekurangan-G izi-S edunia.
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18