Page 9 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 9
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN
6. Umum.
Waktu terus berjalan, masa terus berganti, jaman berubah. Sejalan dengan
perubahan dalam hal berbangsa dan bernegara sejak bergulirnya reformasi tahun
1998, sampai saat ini tanda-tanda ke tahap kristalisasi reformasi belum jelas. Sejak
diberlakukan otonomi daerah, terdapat salah satu persoalan penting dan mendasar
adanya fenomena menurunnya semangat kebangsaan. Nasionalisme lebih nampak
mencerminkan semakin tebal pada ethno-nasionalism lo c a l atau semangat
kedaerahan. Paham kedaerahan yang berlebihan bisa mendorong tumbuhnya
keinginan untuk separatis. Oleh karena itu diperlukan upaya yang sungguh-sungguh
dan berkelanjutan dalam membangun ikatan berbangsa yang menjadi perekat dan
pengikat komitmen pilihan Indonesia sebagai tanah air kesatuannya.
Belajar dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang semula melakukan
perjuangan yang bersifat kedaerah, secara kelompok sendiri-sendiri, ternyata dapat
dijinakkan oleh Kolonial Belanda. Oleh karena itu mulai tahun 1908, melalui
organisasi pergerakan Boedi Oetomo, organisasi-organisasi yang bersifat trans-lokal,
diperkuat dengan pernyataan bersama para tokoh pejuang dengan mengikrarkan
untuk melebur organisasi kedaerahan ke dalam pernyataan yang dikenal dengan
Sumpah Pemuda tahun 1928. Bara Sumpah Pemuda telah mendasari dan menjadi
modal dalam perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.
Oleh karena itu, adanya gerak pandulum sentimen kedaerahan yang sangat
ekstrim, perlu disikapi secara bijak agar tidak sampai pada gerak separatis
sebagaimana juga telah berkembang pada akhir tahun 1950-an. Perlu ditinjau
kembali cara-cara membangun kembali semangat nasionalisme sesuai dengan gerak
jaman yang sudah berubah.

