Page 7 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 7

pengisian kemerdekaan sampai dengan era reformasi. Namun
  demikian, sejak reformasi 1998, terdapat kecenderungan bahwa
  semangat nasionalisme tampak cenderung memudar. Tumbuh kembali
 kecenderungan ethnosentris, pengutamaan kepentingan kedaerahan,
 otonomi daerah, putra daerah yang diterjemahkan dengan
 menggunakan kacamata sempit berlawanan dengan penafsiran
 progresif tentang konsep pribumi yang jika diteiusuri secara jauh
 bahwa semua warga adalah pendatang yang mengikuti diaspora
 persebaran bangsa. Persoalan bersama bangsa secara nasional kurang
 memperoleh perhatian serius, bahkan para elite politik cenderung
 bertindak sempit, sesaat untuk kepentingan diri sendiri dan
 goiongannya. Tidak ada mimpi besar national (nationai dream ) yang
jelas sebagai penterjemahan dari tujuan nasional. Ada pelajaran
sejarah yang salah, kurang bermakna karena tidak mendapat
dukungan empiris, beda antara yang dipelajari dengan perbuatan dan
tindakan yang disaksikannya.

b. Menipisnya Rasa Kebanggaan sebagai Bangsa.

          Soekarno, Presiden pertama Indonesia dikenali oleh bangsa-
bangsa Asia dengan pecinya. Boien dikata, peci hitam kemudian
menjadi satu identitas bangsa Indonesia. Dalam peringatan Proklamasi
Kemerdekaan Bangsa Indonesia, peci merupakan kelengkapan wajib
dari para petugas upacara. Peci hanyalah salah satu dari ekspresi
bentuk kebanggaan bangsa berupa benda fisik. Hal yang penting dan
mendasar adaian kebanggaan sebagai bangsa yang bersifat spiritual,
berupa watak, karakter, identitas yang dimiliki bangsa. Jika semula,
bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang santun, toleran, gotong
royong, penuh keramahtamahan dan sifat-sifat baik lainnya, pada
waktu dekade belakangan ini, sifat-sifat baik dan terpuji tersebut
menjadi berbaiik. Fenomena yang didapati adaian tidak adanya
kebanggaan sebagai bangsa dalam hampir semua aspek kehidupan.
Banyak anak negri merasa tidak bangga sebagai bangsa Indonesia
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12