Page 14 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 14
66
pada perusahaan’, sehingga sangat membantu meningkatkan
produktivitas. Cina, nyaris semua gedung bertingkat yang ada
di kota-kota besar negeri Tirai Bambu itu dirancang
berdasarkan prinsip Feng Shui, meski tentunya tanpa
mengabaikan kaidah-kaidah arsitektur modern.
Merujuk kedua contoh tersebut bangsa Indonesia
diharapkan bisa mencari titik temu antara kearifan lokal dan
modernisasi atau globalisasi atas dasar kesepakatan berbagai
nilai, baik yang bersifat sentripetal (pusat) maupun sentrifugal
(daerah) Pada akhirnya modernisasi semestinya pula
mempertimbangkan pengembangan keberlanjutan
(sustainable development), agar pembangunan dapat sejalan
dengan nation and character bulding. Dengan demikian nilai-
nilai kearifan lokal bersinergi dengan nilai modem
menghasilkan nilai yang up to date dan diterima semua
kalangan dan dunia.
4) Pemahaman dan pengamalan nilai-nilai kearifan lokal
dapat mereduksi perilaku korupsi dan konflik sosial. Tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa budaya modern banyak
berimplikasi merugikan terutama pada hal yang bersifat
normatif dalam budaya lokal, misal makanan instan tiap hari,
pakaian minim, ideologi kesenangan (hedonisme) dan lain
sebagainya. Perubahan budaya yang terjadi di dalam
masyarakat Indonesia, yakni perubahan dari mental simpatik
menjadi antipatif, dari nilai-nilai yang dihayati menjadi beban
zaman, masyarakat muda lebih berkiblat kepada budaya dari
luar yang dianggap modern/globalisasi. Misalnya setiap hari
masyarakat disuguhi tanyangan TV yang bersumber dari
negara maju. Peristiwa transformasi seperti itu mau tidak
mau akan berpengaruh terhadap budaya yang menjadi
identitas bangsa. Pergeseran tingkahlaku, pola pikir, pola
berpakaian, dan sebagainya mempengaruhi eksistensi