Page 4 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 4
32
di Jakarta sudah mencapai 99.9 % tetapi di Nusa Tenggara Timur dan
Papua baru mencapai 39.92% dan 29.95%.32
Sebagian besar sistem kelistrikan yang sudah terkoneksi dengan baik
menggunakan bahan bakar batubara dalam pembangkitannya. Untuk
wilayah yang jumlah pengguna listriknya tidak besar, masih digunakan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yang menggunakan BBM dalam
pengoperasiannya. Beberapa pembangkit listrik yang menggunakan gas
saat ini tidak dapat beroperasi sebab pasokan gas untuk dalam negeri tidak
memadai, akibat kontrak ekspor gas jangka panjang yang telah disepakati
sebelumnya. Sebagai ilustrasi biaya pembangkitan listrik dengan sumber
energi minyak, gas dan batubara dijelaskan dan dianalisa secara
sederhana oleh Benny Nafariza33 dalam contoh kasus sebagai berikut:
Apabila direncanakan suatu pembangkit listrik dalam waktu setahun
dapat menghasilkan energi listrik sebesar 1 TWh (terra watt hour).
Spesifikasi pembangkit diketahui memiliki efisiensi (r\) 33%. Pilihan
bahan bakar yang akan digunakan pada pembangkit ini adalah
minyak bumi, gas bumi, dan batubara. Masing-masing memiliki
satuan harga sebagai berikut:
minyak b u m i: $ 95/barrel
gas bumi : $ 8/MMBTU
batubara : $ 90/ton
Dengan target harga jual listrik adalah Rp 800/KWh, maka harga
pembangkitan listrik dapat dihitung sebagai berikut:
Jumlah energi yang diperlukan untuk membangkitkan energi listrik
Energi listrik 1 TWh merupakan energi output maka dengan efisiensi
pembangkit 33% maka energi input yang dibutuhkan :
Energi Input = Energi Output / Efisiensi
= 1 T W h / 33%
* 3 TWh = 3.000.000.000 KWh
Konversi energi ke masing-masing satuan bahan bakar
32 Ashary Teguh Winoto et al, Rural Electrification in Indonesia Target and Development,
country report presentation, DOE Republic of Indonesia 2012
33 http://newbensagung.wordpress.com/2013/01/25/perhitungan-biaya-
pembangkitan-energi-listrik/