Page 11 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 11

41

Rasul-Nya (saw) dan para sahabat untuk melawan orang-orang kafir ketika
mereka berada di Makkah karena mengetahui kelemahan, baik dalam
jumlah maupun kesiapannya dibandingkan dengan musuh-musuh yang
ada. Allah bahkan mengijinkan Nabi-Nya (saw) untuk membuat perjanjian
dengan orang-orang kafir di Hudaybiyah. Ibnu Taimiyah, yang sering
dikutip oleh ideolog Al-Qaeda sebagai otoritas dalam isu Jihad :

         “Itu diperintahkan untuk menjauhkan diri dari memerangi mereka
(kafir) karena ketidakmampuan Dia (saw) dan ketidakmampuan kaum
muslimin. Kemudian ketika mereka bermigrasi ke Madinah dan
memperoleh bantuan, Allah mengizinkan Nabi (saw) untuk membuat jihad
bersenjata dan kemudian ketika mereka tumbuh dalam kekuatan Allah
diresepkan untuk mereka berjuang bagi keselamatan mereka sendiri oleh
karena mereka tidak mampu melawan semua orang kafir. Tapi ketika Allah
membuka Makkah untuk mereka dan berarti memerangi Quraisy dan Arab,
dan karena sebagian besar orang Arab datang ke Islam, maka Allah
memerintahkan Nabi (saw) untuk melawan semua orang kafir kecuali
mereka yang memiliki ikatan temporal berupa kesepakatan.”66

         Tidak ada dalam pikiran kaum muslim untuk merampas harta orang
atau membunuh mereka melalui perang berdarah, dan mereka juga tidak
pernah berpikir untuk menggunakan cara-cara kompulsif dalam upaya
mereka untuk menyebarkan Islam, sebaliknya target mereka satu-satunya
adalah untuk memberikan suasana kebebasan dalam ideologi atau agama,
"Dan katakanlah : kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu ; maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.... 67

          Dari pembahasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa deklarasi
Al Qaeda tentang kemurtadan terhadap penguasa Muslim tidak sesuai
dengan praktek-praktek hukum Islam. Oleh karena itu, isu terkait pejabat
pemerintah yang dianggap murtad adalah tidak adil dan juga tidak
dibenarkan legalitas terhadap panggilan Al Qaeda untuk Jihad.

 66 Ibn Taymiyyah. 1967. Al-Jawaab aS‘Saheeh, Vol.1. Penerbit Abulqasim, Riyadh.HIm.
 237.
 67 Al Qur'an 18:29.
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16