Page 9 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 9

75

melekat dalam diri seniman tradisional. Maka Pemberdayaan Seniman
Tradisional juga berarti pemberdayaan sumber daya manusia.

          Seniman mampu mentransformasikan pesan dan gagasan yang
terkandung dalam kehendak dan kebijakan pemerintah langsung kepada
masyarakat. Seniman tradisional dengan tampilan kreativitasnya mampu
menjadi “penghubung” antara pemerintah dan masyarakat.39 Meningkatkan
Pemberdayaan Seniman Tradisional dan melindunginya secara hukum
berarti pula akan meningkatkan komunikasi antara pemerintah dan
masyarakat. Komunikasi yang baik di antara pemerintah, seniman, dan
masyarakat menjadi cerminan kemampuan berdaya saing bangsa di
tengah tantangan, hambatan, gangguan, dan ancaman globalisasi.

         Oleh sebab itu, kebijakan bahwa Pemberdayaan Seniman
Tradisional mampu melindungi Hak Kekayaan Kreatif Bangsa
membutuhkan strategi-strategi yang menyebabkan kebijakan tersebut
dapat terlaksana secara utuh, lengkap, dan komprehensif.

26. Strategi.

           Strategi sinergisme lembaga terkait terjalin berdasarkan pada tiga
prinsip, yaitu:

           (a) Prinsip yang mengharuskan strategi menunjukkan suatu
           identifikasi seni pertunjukan tradisional yang menjadi unggulan
           suatu daerah. Identifikasi tersebut menjadi hal penting, karena

        39Proses keterhubungan antara pemerintah dan masyarakat selaras dengan
gagasan Patrice Pavis tentang budaya sumber dan budaya target. Patrice Pavis membuat
skema yang menggunakan contoh konkret pertunjukan seni teater di mana elemenr
elemen teatrikal memindah pesan budaya sumber menuju ke budaya target. Pemindahan
pesan budaya menjadikan pertunjukan teater menjadi intertekstual. Pemindahan budaya
terjadi, yaitu antara budaya sumber (produser, pengirim) ke budaya target (penanggap,
penonton) melalui mise en sc6ne. Pertunjukan budaya sumber, tradisi* lisan misalnya,
berarti menuliskan rangkaian konkretisasi dari transformasi elemen-elemen pertunjukan
teater kepada penontonnya. (Patrice Pavis, Theatre at the Crossroads of Culture, terj.
Loren Kueger, London: Routledge, 1992, 185). Mise en scene menjadi ruang yang dinamis
dan lentur karena di ruang inilah jeniusitas seniman dan masyarakat bertemu dan menyatu
untuk menerjemahkan kehendak produser (pemerintah). Lihat pula pendapat Janet Wolf
bahwa seni adalah produk masyarakat, sehingga seni harus dipandang sebagai situasi
dan produksi zamannya. (Janet Wolff, The Social Production of Art, New York: St Martin’s
Press, 1981, 137)
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14