Page 12 - Perpustakaan Lemhannas RI

66

waktu pendek. Kesinambungan hidup lembaga keuangan mikro akan
berdampak positif terhadap para nasabah.

Media Indonesia (Senin, 7 Oktober 2013) dalam liputannya menyatakan
bahwa sejak deklarasi APEC di Bogor tahun 1994, Negara-negara di kawasan Asia
Pasifik terus menggenjot perkembangan UMKM, namun hingga kini
pengembangan usaha tersebut masih terganjal masalah klasik yakni minimnya
akses pada sistem keuangan, khususnya perbankan.

Kondisi ini diakui oleh Menteri Koperasi dan UMKM, walaupum
pengembangan UMKM berkontribusi besar terhadap terciptanya lapangan
pekerjaan. Dengan begitu menurut Pak Menteri, UMKM mampu mengurangi
pengangguran dan saat yang sama dapat mengurangi kemiskinan. Hal ini telah
dibuktikan ketika krisis ekonomi mendera Indonesia di era 1997-1998.

Selanjutnya, Menteri menyatakan pula bahwa di tengah krisis global seperti
sekarang ini, pemerintah mengintensifkan pengembangan UMKM sebanyak 56,5
juta yang bergerak di berbagai sector ekonomi.

Sementara dalam Media Indonesia tersebut, Erwin Aksa, Vice Chair APEC
Summit 2013 menyatakan bahwa UMKM merupakan embrio pertumbuhan di
level local, regional, dan global di masa datang, namun di masa kini pengembangan
UMKM belum optimal bahkan menjadi prioritas terakhir. UMKM harus berjuang
sendiri, mereka memiliki akses terbatas akan komunikasi Masalah utama mereka
adalah access to finance, knowledge dan power yang terbatas, namun UMKM
memiliki public trust.

Stabilitas dan pertumbuhan UMKM tidak dapat dilepaskan dari pengaruh
lingkungan global. Di era globalisasi, teknologi di bidang komunikasi dan
transportasi membuat kemudahan-kemudahan bagi UMKM untuk memperluas
pasarnya secara global dengan membangun jaringan kerjasama secara global, yang
gilirannya akan meningkatkan kapasitas UMKM. Di lain pihak, pasar global
banyak membunuh tumbuh berkembangnya UMKM di Indonesia karena produk
sejenis dari luar negri lebih murah harganya dan lebih tinggi kualitasnya.