Page 8 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 8
22
Pada bidang perikanan, struktur supply chain pada prakteknya sangat
dipengaruhi kondisi geografis, politik, ekonomi, soasial dan budaya pada
masing-masing pelaku yang terlibat dalam seluruh rantai proses dari hulu
(upstream) hingga hilir (downstream). Salah satu struktur rantai supply
chain komoditi perikanan tangkap berdasarkan hasil penelitian Suharno dan
Farmayanti (2009), diklasifikasikan dalam 4 (empat) pola struktur yang
terbentuk (lihat Gambar 2 Model-A dan model B).
Perbedaan struktur supply chain perikanan ditunjukkan pada Gambar
3 Model-A dan Model-B adalah terletak pada keberadaan perusahaan
pembekuan dalam proses transaksi perdagangan ekspor perikanan yang
terdapat pada Model-A. Sementara, pada Model-B.
Kegiatan transaksi perdagangan ekspor perikanan dapat dilakukan
secara langsung antara nelayan selaku produsen dan eksportir ikan.
Kelebihan Model-A adalah adanya proses pengawasan terhadap kualitas
ikan yang dilakukan oleh pihak pelelangan ikan (TPI) dan perusahaan
pembekuan, sehingga ikan yang diekspor lebih terjamin kualitasnya.
Proses pengawasan kualitas ikan pada Model-B kemungkinan
dilakukan oleh pihak eksporti itu sendiri. Ditinjau dari aspek waktu, proses
pengiriman ikan untuk siap diekspor ke luar negeri pada Model-B lebih
efisien, dikarenakan tidak melibatkan pihak lain dalam rantai perdagangan
tersebut.
13(A) Suhamo dan Farmayanti, 2009; (B) Kemendag, 2010