Page 5 - Perpustakaan Lemhannas RI

keinginan untuk mempersatukan nusantara melalui Sumpah Palapa Patih
Gajah Mada dimana nilai-nilai Ini menjelma kembali dalam sila ke-3
Pancasila yaitu Persatuan Indonesia. Nilai toleransi di atas ikut membentuk
rasa kesederajatan, rasa kemanusiaan, rasa keadilan yang tinggi yang
didasarkan pada sama-sama makhluk ciptaan Tuhan dan nilai-nilai ini
menjelma dalam sila ke-2 Pancasila.

Mr. Moh Yamin dalam pidatonya yang mengusulkan dasar negara
pada tanggal 29 Mei 1945 menyatakan bahwa “desa” dan “masyarakat
desa" sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu sebelum agama Hindu,
Budha, agama Islam serta bangsa barat datang ke Indonesia dan struktur
serta budaya, desa tidak banyak perubahannya. Hal ini mengartikan bahwa
nilai-nilai kekeluargaan mengandung arti keadilan, kearifan, kebersamaan,
kesamaan, nilai gotong royong, tenggang rasa, dan nilai tanggung jawab
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara yang masih
ada dan masih terasa di pedesaan sudah ada sejak ratusan bahkan ribuan
tahun yang lalu. Walaupun pusat pemerintahan berbentuk kerajaan, namun
pemimpin di pedesaan dipilih oleh rakyatnya. Musyawarah masyarakat
desa sudah ada dan dulu dan muncul dalam peribahasa “ Bulat air di
pembuluh bulat kata di mufakat “. Nilai-nilai di atas menjelma dalam sila ke-
4 Pancasila . Kata-kata “ Tata tentrem karto raharjo” banyak muncul dalam
tulisan kuno, mempertihatkan bahwa masyarakat menginginkan suasana
tentram, tertib, adil, dan sejahtera yang menjelma dalam sila ke-5
Pancasila.

Nilai-nilai budaya bangsa Indonesia ini merupakan warna dan jati diri
bangsa yang telah terbukti mampu menyatukan berbagai ethnis dan agama
serta melepaskan din dari belenggu penjajahan. Warna serta jati diri
bangsa adalah karakter dan identitas bangsa untuk melangkah kedepan
membangun Indonesia mencapai tujuan merdeka sebagaimana yang
termuat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945.
Karakter dan identitas ini pula yang akan mengikat kita tetap menyatu

7