Page 12 - Perpustakaan Lemhannas RI

80

1) Kemendikbud bekerja sama dengan Kementan melalui Ditjen
Perkebunan membuka akses pendidikan seluas-luasnya bagi
masyarakat dan khususnya para petani kelapa sawit untuk memperoleh
pendidikan tentang pengelolaan kelapa sawit, baik secara formal, non­
formal, informal dan vokasional.
2) Kementan serta Kemenkop & UKM menyelenggarakan training
keterampilan bagi para petani plasma seperti dalam proses pembukaan
lahan, pembibitan, pengairan, penanaman dan pemanenan, sehingga
dapat mendorong optimalisasi pengelolaan SKA kelapa sawit.
3) Kementan, Kemenkumham dan Pemerintah Daerah
mengadakan workshop terkait dengan perjanjian kemitraan usaha di
sektor SKA kelapa sawit, agar para petani plasma memiliki pemahaman
yang utuh dan menyeluruh tentang dampak ke depan dari perjanjian
yang mereka setujui dengan perusahaan inti. Pengetahuan dan
pemahaman yang memadai dari perjanjian ini juga harus mencakup
pengaturan mengenai apa yang harus dilakukan oleh perusahaan inti
dan apa kewajiban serta hak-hak yang dapat diperoleh oleh petani
plasma.

4) Kemenkop & UKM dan Kementan menanamkan semangat
kewirausahaan (entrepreneurship) secara meluas bagi seluruh elemen
masyarakat yang bergerak dalam usaha pengelolaan kelapa sawit,
sehingga terwujud pemberdayaan masyarakat secara kreatif dan
inovatif dalam mengoptimalkan pengelolaan SKA kelapa sawit, tanpa
harus terlalu tergantung dengan operator perusahaan swasta. Hal ini
menjadi penting karena banyak pekerja di sektor kelapa sawit
merupakan petani lokal dan petani plasma yang masih belum mandiri
atau belum diberdayakan secara optimal, karena terhambat akses
pengetahuan, permodalan dan teknologi. Oleh karena itu, pemberian
pelatihan kewirausahaan bagi petani dan masyarakat perlu dilakukan
secara intensif dan berkelanjutan.

5) Kemendikbud dan Kopertis melakukan penataan, revitalisasi dan
penambahan berbagai program studi baik di perguruan tinggi negeri
maupun swasta yang terkait dengan pengelolaan SKA kelapa sawit.