Page 6 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 6
keamanan keberadaan Daerah Otonom merupakan Garda terdepan dalam
mempertahankan eksistensi kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Oleh karena itu rumusan Wasantara tersebut di atas, dikatakan tepat
mengingat memuat unsur-unsur sebagai berikut ;
a. Secara filosofis yang dimaksud dengan wawasan tidak lain adalah
obyek filsafati yang secara spesifik mencoba mendalami diri sendiri atau
melakukan introspeksi dan perenungan (contemplation) yang mendalam
untuk melihat jati diri yang sebenarnya. Berkaitan dengan hal ini, maka
unsur-unsur yang terdapat di dalam Wawasan Nusantara adalah
menyangkut ideologi, visi dan misi serta karakteristik dari pihak yang
sedang berolah wawasan. Dengan demikian Wasantara secara filosofi
mengandung makna sebagai cara pandang yang paling mendalam dan
radikal mengenai jati diri suatu bangsa yang mendiami kepulauan
Nusantara.
b. Secara sosiologis Wasantara mengandung makna tentang proses
introspeksi diri yang dilakukan oleh suatu bangsa dalam rangka menyusun
kekuatan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya. Wasantara
bersifat integratif dan menyeluruh, artinya seluruh komponen bangsa
merupakan satu kesatuan visi dan misi serta gerak dan langkah yang
saling bahu-membahu untuk selalu mengupayakan tegaknya harkat dan
martabat bangsa dan negara Indonesia yang mendiami kepulauan
Nusantara.
c. Secara yuridis Wasantara memiliki dasar konstitusional yakni UUD
NRI 1945. Seharusnya rumusan pengertian Wasantara sudah sesuai dan
lazimnya suatu konsepsi yang dijadikan pedoman., sehingga dapat
diimplementasikan ke dalam berbagai macam produk hukum yang berada
di bawah UUD NRI 1945, namun demikian agar ada kekuatan yang
mengikat dan kepastian hukum, maka konsepsi Wasantara harus
diundangkan. Oleh karenanya, keterkaitan konsep-konsep dasar Wawasan
Nasional bagi bangsa Indonesia, pada hakekatnya dapat didiskripsikan
sebagai berikut:
1) Konsepsi Bhinneka Tunggal Ika.
Konsepsi ini dirujuk dari kitab Sutasoma yang ditulis oleh
Empu Tantular pada Abad XIV. Asal mulanya semboyan ini
dipergunakan untuk menekankan pentingnya kerukunan antar umat
22