Page 5 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 5

61

        pada setiap saat sehingga berpengaruh terhadap anak
        buah/bawahan. Bahasa merupakan ukuran untuk menilai seseorang
        pemimpin. Dengan bahasa dapat juga digunakan untuk
        menanamkan pengaruh terhadap bawahan. Untuk itu hendaknya
        berbicara dengan jelas dan sederhana dengan kalimat yang pendek,
        positif dan langsung.

        j. Tidak mementingkan diri sendiri. Merupakan sikap yang
        tidak mengambil keuntungan dan kesenangan pribadi demi
         keuntungan sendiri dengan merugikan orang lain. Sifat ini erat
         hubungannya dengan rasa tanggung jawab.

         k. Stabilitas emosi dan kecerdasan emosional. Seorang
         pemimpin yang baik harus memiliki emosi yang stabil yaitu tidak
         mudah marah, tersinggung perasaan dan tidak meledak-ledak secara
         emosional. la menghormati martabat orang lain, tolerensi terhadap
         kelemahan orang lain dan bisa memaafkan kesalahan-kesalahan yang
         tidak terlalu prinsip. Semua itu d.iarahkan untuk mencapai lingkungan
         sosial yang rukun, damai, harmonis dan menyenangkan. Sejalan
        dengan stabilitas emosi, seseorang pemimpin juga diharapkan
         memiliki kecerdasan emosional yaitu kemampuan pengendalian diri
        atau mengelola emosi dalam bentuk kemampuan memahami
        perasaan orang lain menerima sudut pandang mereka, menghargai
        perbedaan dalam cara berperasaan terhadap berbagai hal,
        kemampuan menjadi pendengar dan penanya yang baik, kemampuan
        kerja sama, memecahkan konflik, membuat kesepakatan serta
        kemampuan membaca pikiran emosional sedih, bahagia, marah,
        terkejut, benci dan takut.

        Sebelas karakter kepemimpinan tersebut sesungguhnya sejalan
dengan nilai-nilai Pancasila telah menjadi kehidupan nyata (living reality)
jauh sebelum berdirinya negara Republik Indonesia. Beberapa contoh nilai-
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10