Page 8 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 8
24
masyarakat yang tidak mendambakan kerukunan. Kerukunan merupakan
bagian yang sangat penting di dalam membangun peradaban. Di dalam
suatu masyarakat yang rukun, maka pembangunan akan dapat dilakukan
secara maksimal. Sebaliknya, jika masyarakat di dalam suatu keadaan
konflik, pembangunan pun akan terhambat. Oleh karena itu, segala jenis
potensi konflik dalam masyarakat harus diatasi agar tidak menghambat
program pembangunan nasional.
Konflik dalam masyarakat merupakan fenomena sosial yang
memiliki karakteristik dan pola penyelesaian yang unik. Berbagai dimensi
dan kerangka penyelesaian dilakukan melalui proses yang sistematis untuk
menemukan alternatif solusi berdasarkan hasil analisis yang benar.
Dimensi konflik perlu dipahami sebagai sebuah kerangka kerja dan analisis
dalam menemukan pola dasar resolusi konflik dalam membangun
perdamaian. Secara umum ada dua pendekatan dalam melihat resolusi
konflik sebagai suatu pendekatan; Pertama, pendekatan yang berfokus
pada dinamika konflik (Galtung, 1960). Dalam pendekatan ini, konflik
dipandang sebagai fenomena dinamis dimana reaksi salah satu pelaku
konflik ditentukan dari aksi lawannya. Konflik digambarkan dalam segitiga
ABC yaitu Attitude-Behaviour-Context (sikap-perilaku-konteks).
Resolusi konflik dilakukan dengan cara melakukan transformasi
transendental, melakukan kompromi atau pembatalan (withdrawal).
Resolusi konflik secara transenden artinya berupaya agar tujuan dari
penyelesaian konflik tercapai. Semua pihak yang terlibat dalam konflik
harus berkorban untuk tidak menerima seratus persen tuntutannya.
Resolusi dengan pembatalan dilakukan dengan menghilangkan tujuan
konflik. Dialog dan negosiasi dipandang sebagai bagian instrumen
pendekatan meredam konflik.
Dalam melakukan dialog dan negosiasi perlu dilandasi dengan
membangun kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, kekuatan militer dan
kekuatan kultural (Confidence Building Measures). Kedua, fokus pada
kebutuhan dasar. Yaitu konflik dilihat sebagai sebuah fenomena sosial
dinamis, meskipun konflik juga disebabkan oleh munculnya rasa frustasi
akan kebutuhan tertentu. Konflik jenis ini disebut sebagai konflik yang

