Page 9 - Perpustakaan Lemhannas RI

a. Rendahnya Kualitas Pemimpin. Disadari bahwa peran
pemimpin dalam pengendalian dan pemelihara / pengendali
hubungan dalam organisasi merupakan pekerjaan kepemimpinan
yang berat bagi pemimpin. Oleh sebab itu diperlukan pengetahuan,
seni dan keahlian untuk melaksanakan kepemimpinan yang efektif.
Namun demikian, dihadapkan pada kualitas pemimpin yang masih
rendah, hal ini akan menjadi kendala dalam mengaktualisasikan
nilai-nilai kepemimpinan guna mewujudkan supremasi hukum dalam
rangka ketahanan nasional.
b. Rendahnya Etika Dan Moral Kepemimpinan. Krisis
multidimensional yang melanda bangsa Indonesia, salah stunya
adalah merosotnya nilai-nilai moral dan etika. Hal ini dapat dilihat
dalam kehidupan masyarakat dewasa ini berupa praktek-praktek
KKN yang belum bisa terhapuskan. Dinamika kehidupan politik
nasional di negeri ini, sungguh penuh menghadapi delema transisi
yang luar biasa. Di satu pihak demokrasi sedang menggelinding
sedemikian rupa sehingga sampai batas tertentu mengarah pada
anarkisme politik. Tetapi di pihak lain penyimpangan-penyimpangan
(anomali) juga makin terlihat, sehingga cenderung mengarah pada
krisis moral atau demoralisasi kepemimpinan nasional termasuk dari
kalangan elit politik nasional. Hal ini jelas bertentangan dengan etika
dan moral yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila.
c. Kurang Optimalnya Kepemimpinan Dalam Menciptakan
Budaya Hukum Dan Disiplin Organisasi. Pada dasarnya
keberadaan “disiplin" dan “sukses" itu berbanding lurus. Semakin
pribadi seseorang terlatih untuk menjadi disiplin, semakin dekat
dirinya menuju kesuksesan. Jika berkaca pada keadaan Indonesia
sekarang, budaya disiplin masih belum begitu melekat pada
sebagian masyarakat, meskipun pada sebagian yang lain mereka
terhentak untuk menyikapi kemalasan diri dengan budaya disiplin.
Dalam suatu organisasi, faktor budaya disiplin menjadi bagian
penting dari berkembangnya suatu organisasi. Namun demikian,

39