Page 9 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 9
skala luas akan mengancam keutuhan NKRI. Kondisi ini dikarenakan
kurangnya pemahaman terhadap makna nilai sesanti Bhinneka Tunggal Ika
baik dari penyelenggara pemerintahan daerah, elit politik daerah termasuk
masyarakatnya maupun karena rendahnya kualitas sumber daya manusia
penyelenggara pemerintahan daerah. Apabila hal ini tidak ditangani secara
sungguh-sungguh, akan dapat mengganggu kehidupan demokrasi di
daerah yang tercermin dari rendahnya kesadaran politit masyarakat dan
secara langsung akan berimplikasi terhadap ketahanan nasional.
12. Im plem entasi N ilai Sesanti Bhinneka Tunggal Ika Dalam
Pelaksanaan O tonom i Daerah Saat Ini
Sejak Negara Republik Indonesia ini merdeka, para pendiri bangsa
mencantumkan kalimat “Bhinneka Tunggal Ika” sebagai semboyan pada
lambang negara Garuda Pancasila yang disusul kemudian dengan
lansadan hukum melalui Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 1951.
Kalimat Bhinneka Tunggal Ika diambil dari falsafah Nusantara yang sejak
jaman Kerajaan Majapahit, juga sudah dipakai sebagai motto pemersatu
Nusantara, yang diikrarkan oleh Patih Gajah Mada dalam Kakawin
Sutasoma, karya Mpu Tantular:
Rwaneka dhatu winuwus wara Buddha Wiswa,
bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen,
mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal,
bhinneka tunggal ika tan hana dharmma mangrwa (Pupuh 139: 5).
Terjemahan:
Konon dikatakan bahwa Wujud Buddha dan Siwa itu berbeda.
Mereka memang berbeda. Namun, bagaimana kita bisa mengenali
perbedaannya dalam selintas pandang? Karena kebenaran yang
diajarkan Buddha dan Siwa itu sesungguhnya satu jua. Mereka
memang berbeda-beda, namun hakikatnya sama. Karena tidak ada
kebenaran yang mendua. (Bhinneka Tunggal Ika tan Hana Dharma
M angrw a) 19
Frasa tersebut berasal dari bahasa Jawa Kuna dan diterjemahkan
dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satuM. Kemudian terbentuklah
19 Dwi Woro Retno Mastuti dan Hastho Bramantyo, Mpu Tantular. Kakawin Sutasoma.
Penerjemah:, 2009:504-505.
23