Page 13 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 13
a. Pem aham an N ilai Sesanti Bhinneka Tunggal Ika
Di era reformasi ini, kemajemukan masyarakat cenderung
menjadi beban daripada modal bangsa Indonesia24. Hal ini terlihat
dari munculnya berbagai masalah yang sumbernya berbau
kemajemukan, khususnya bidang agama yang tidak dapat
dipisahkan dari persoalan publik. Sekarang orang miskin makin
banyak, namun yang naik haji juga banyak. Ini karena agama kurang
dikontektualisasikan dan dijadikan solusi atas berbagai masalah
sosial. Jadi kurang adanya pembahasan tentang tanggung jawab
sosial umat beragama. Kini mulai terjadi kemunduran atas rasa dan
semangat kebersamaan yang sudah dibangun selama ini. Intoleransi
semakin menguat yang ditandai dengan meningkatnya rasa benci
dan saling curiga diantara sesama anak bangsa. Hegemoni
mayoritas atas minoritas semakin menebal, mengganti kasih
sayang, tenggang rasa, dan semangat untuk berbagi. Intoleransi
muncul akibat hilangnya komitmen untuk menjadikan toleransi
sebagai jalan keluar untuk mengatasi berbagai persoalan yang
membuat bangsa terpuruk. Dalam perspektif keagamaan, semua
kelompok agama belum yakin bahwa nilai dasar dari setiap agama
adalah toleransi. Akibatnya, yang muncul adalah intoleransi dan
konflik dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang begitu plural.
Dalam kaitan itu, pluralisme tidak berarti pernyataan bahwa
semua agama sama, juga tidak berkaitan dengan pertanyaan agama
mana yang benar dan baik. Namun, pluralisme adalah kesediaan
menerima kenyataan bahwa dalam masyarakat ada cara hidup,
berbudaya, dan berkeyakinan agama yang berbeda. Dalam
penerimaan itu, orang bersedia untuk hidup, bergaul, dan bekerja
sama membangun negara. Frans Magnis Suseno (2008)
menyimpulkan pluralisme adalah syarat mutlak agar bangsa
Indonesia yang begitu plural dapat bersatu, dan bangsa yang tidak
menghargai pluralisme adalah bangsa yang membunuh dirinya
t24 Hanifah,2010, Toleransi Dalam Masyarakat Plural M emperkuat Ketahanan Sosial".
27