Page 14 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 14

14

       mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik
       secara askriptif individual maupun dari sebuah hasil dari kebudayaan 9

               Konsep masyarakat multikultural sebenarnya realitas baru. Sekitar
       1970-an, gerakan multikultural muncul pertama kali di Kanada yang
       kemudian diikuti Australia, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan lain-
       lainnya. Kanada pada waktu itu didera konflik yang disebabkan
       hubungan antarwarga, meliputi hubungan antar suku bangsa, agama,
       ras, dan aliran politik terjebak pada dominasi. Konflik itu diselesaikan
       dengan mengacu konsep masyarakat multikultural, yang esensinya
       adalah kesetaraan budaya, menghargai hak budaya komunitas dan
       demokrasi yang efektif dan menyebar ke Australia dan Eropa.

              Artinya, masyarakat harus bersedia menerima kelompok lain secara
       sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan sukubangsa,
       agama, budaya, gender, bahasa, kebiasaan, ataupun kedaerahan.
       Multikultural memberi penegasan, bawa segala perbedaan itu sama
       dalam ruang publik. Dalam ruang publik, siapapun boleh dan bebas
       mengambil peran, disini tidak ada perbedaan gender dan kelas, yang
       ada adalah profesionalitas dan kompetensi. Oleh karena itu, siapa saja
       yang dapat bersikap profesional, dialah yang akan mendapatkan tempat
       terbaik. Pada prinsipnya, kesadaran ada perbedaan saja tidak cukup,
       yang terpenting adalah komunitas itu diperlakukan sama oleh negara.

              Demikan pula tentang prinsip masyarakat sipil demokratis yang
       dicita-citakan, hanya dapat berkembang dan hidup secara mantap dalam
       masyarakat apabila warganya mempunyai toleransi terhadap perbedaan.
       Karena itulah, diskriminasi sosial, politik, budaya, pendidikan dan
       ekonomi yang berlaku di masa pemerintahan Orde Baru secara bertahap
       maupun radikal harus dikikis untuk menegakkan demokrasi dalam
       kesederajatan.

9 Parsudi Suparlan, Indonesia Baru dalam Perspektif Multikulturalisme, Harian Medi Indonesia, 10
Desember 2001.
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18