Page 13 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 13
29
jawa. Dari luasan pertanaman tebu di Jawa tersebut, sekitar 40 persen
diusahakan di lahan sawah dan 60 persen di lahan tegalan.27
Pengelolaan tebu masih terkendala beberapa hal, yaitu
efisiensi, diversifikasi dan optimalisasi Pabrik gula belum
sepenuhnya melaksanakan efisiensi yang merupakan masalah vital.
Karena inefisiensi, banyak bagian dari tebu yang terbuang saat proses
pengolahan dan rendemen rendah. Masalah inefisiensi lainnya pada
pemborosan penggunaan bahan bakar. Terkait diversifikasi, pabrik gula
belum menggarap produk turunan tebu. Padahal setiap batang tebu tak
hanya mengandung gula, namun juga berbagai macam jenis yang bisa
dimanfaatkan secara ekonomis. Mengenai optimalisasi giling, sebanyak
62 pabrik gula yang ada di Indonesia saat ini berkapasitas giling
205.000 ton tebu per hari. Dengan asumsi rendemen 8,5 persen dan
hari giling 170 hari, maka produksi gula seharusnya bisa menembus
2,96 juta ton, namun saat ini produksi gula baru berkisar 2,1 juta ton,
artinya, kapasitas belum dioptimalkan.28
Ketidakmapuan industri gula dalam memenuhi kebutuhan
nasional juga disebabkan beberapa permasalahan lain di antaranya,
pertama, semakin terbatasnya areal lahan tebu yang dikonversi menjadi
areal non-pertanian, khususnya di pulau jawa. Kedua, modernisasi
pabrik-pabrik gula berjalan lambat sehingga mempengaruhi kuantitas
dan kualitas produk gula. Ketiga, semakin banyaknya penyelundupan
gula ilegal yang merusak pasar gula nasional terutama dari sisi harga.
Keempat, masih tingginya inefisiensi birokrasi yang menghambat
perizinan dan distribusi. Kelima, belum optimalnya peran Pemerintah
dalam menstabilkan harga dan dukungan terhadap anggaran, misalnya
dalam bentuk subsidi.
27 Laporan Dewan Gula Indonesia (DGI) per Januari 2011.
28 Laporan Dewan Gula Indonesia (DGI) per Januari 2011.