Page 7 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 7

ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam. Namun dikarenakan
         belum optimalnya implementasi Wasantara terhadap aparatur
         pemerintahan daerah, maka berdampak pada belum berpihaknya kebijakan
         kepada kepentingan rakyat di daerah, hal ini ditandai dengan menguatnya
         primordialisme, munculnya wacana putra daerah, merebaknya konflik
         horizontal, merebaknya konflik vertikal, dan eksploitasi SKA yang
         berlebihan yang digunakan untuk kepentingan pribadi, akan menghambat
         terhadap terwujudnya kesejahteraan rakyat di daerah, pada muaranya
         akan berimplikasi terhadap pemantapan Otonomi Daerah. Kondisi ini
         mengakibatkan lemahnya ketahanan dari setiap gantra, yang pada
         akhirnya berimplikasi pada lemahnya Ketahanan Nasionai.

                   Untuk mencapai tujuan tersebut, bangsa Indonesia perlu mendapat
         pengertian dan pemahaman tentang wilayah negara dalam persatuan dan
         kesatuan bangsa. Mereka juga perlu memahami sifat ketahanan bangsa
         atau Ketahanan Nasionai agar pemahaman tersebut dapat mengikat dan
         menjadi perekaf bangsa dalam satu kesatuan yang utuh. Karena itu, pada
         tahun 1973 untuk pertama kalinya dalam periode baru dibuat Ketetapan
         MPR dengan Nomor: IV/MPR/1973 Tentang GBHN dimana terdapat
         muatan penjelasan tentang Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasionai.
         Kemudian TAP MPR Nomor: IV/MPR/1978 tanggal 22 Maret 1978 tentang
         GBHN, TAP MPR Nomor: ll/MPR/1983 tanggal 12 Maret 1983 ruang
         lingkup dan cakupan Wawasan Nusantara dalam TAP MPR ini dalam
         mencapai tujuan pembangunan nasionai yaitu; Kesatuan Politik, Kesatuan
         Ekonomi, Kesatuan Sosial Budaya, Kesatuan Pertahanan Keamanan.10

                   Belum mantapnya Otonomi Daerah berakibat pada terganggunya
        jalannya pembangunan nasionai, menghambat stabilitas politik nasionai,
         dan mengancam stabilitas keamanan nasionai. Jalannya Pembangunan
         Nasionai yang sedang digalakkan oleh Pemda dapat mengalami kendala
         apabila penyelenggaraan Otonomi Daerah masih terkendala oleh tumpang
         tindihnya Perda, kurang sinergis dan harmonisnya antara lembaga
         eksekutif dan legslatif, proses pemekaran wilayah yang penuh dengan

10 S. Sumarsono, et al. 2007. “Pendidikan Kewarganegaraan”, Cetakan ketujuh Oktober 2007.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hal 52.
http://wennvocto.wordpress.com/2010/04/12/tentanQ-wawasan-nusantara

                                                        37
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12