Page 5 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 5
59
Oleh karena itu, produksi kopi arabika sebanyak 20 persen dari total
produksi perkebunan kopi di Indonesia diharapkan dapat ditingkatkan
kualitasnya menjadi spesialti kopi. Paling tidak secara bertahap dalam lima
tahun ke depan, dari 60 persen produksi kopi jenis arabika yang tergolong
spesialti diharapkan dapat meningkat menjadi 90 persen dari total produksi
kopi jenis arabika.
Permasalahan kualitas hasil produksi perkebunan kopi di Indonesia,
bukan hanya menyangkut spesialti kopi saja, tetapi memang kualitas kopi
yang dihasilkan petani pada umumnya rendah. Pada tahap budidaya,
diharapkan pemanfaatan pupuk organik yang berasal dari sampah atau
limbah cangkang biji kopi dapat dikembangkan di semua daerah penghasil
kopi termasuk pada jenis robusta. Untuk itu, diperlukan adanya hubungan
yang sinergis dan harmonis antara pemerintah (pemda), organisasi/ usaha/
lembaga petani, dan petani kopi pada umumnya. Dengan hubungan yang
sinergi itu, maka diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi petani
yang telah mengembangkan pola budadaya tanaman kopi secara organik
untuk mendapatkan sertifikasi organik.
Pada tahap pengolahan pasca panen, kenyataan bahwa kopi biji yang
dihasilkan oleh petani di Indonesia dengan metode dan sarana yang sangat
sederhana, sehingga hasilnya belum memenuhi standar perdagangan
harus mendapatkan perhatian serius para pemamngku kepentingan,
terutama pemerintah daerah kabupaten/kota terkait. Hal ini berkaitan
dengan proses primer untuk menghasilkan kopi biji yang berkualitas, yakni
kopi biji yang permukaan bijinya sudah bersih dari lapisan kulit tanduk dan
kulit ari dengan kadar air berkisar antara 12-13 persen. Bila hal tersebut
dapat berjalan dengan baik, maka kopi jenis arabika pun akan memenuhi
standar perdagangan spesialti kopi, karena pada jenis ini memiliki standar
kadar air berkisar antara 9-13 persen.
Pengolahan pasca panen pada proses sekunder, diharapkan dapat
meningkatkan produksi kopi sangrai sehingga akan mendongkrak ekspor
kopi biji jenis ini yang saat ini hanya mencapai tidak lebih dari 0,4 persen
dari total ekspor kopi biji Indonesia. Inovasi dan kreativitas sangat